Senin, 24 Mei 2010

Sensitifitas

Laki-laki lebih dominan menggunakan otak kanan ketimbang otak kiri, sehingga cenderung berfikir realistis dan jarang memaksimalkan perasaan. Berbeda halnya dengan perempuan yang lincah memadukan penggunaan otak tersebut. Hasilnya dalam memutuskan atau menilai sesuatu, perempuan menyeimbangkan ntara pikiran rasional dan perasaan. Walau senagian besar mereka juga sering terosbesi dengan otak kiri.

Karenanya, emosi wanita sangat peka terutama menyangkut harga diri. Perempuan bisa menangis tiba-tiba untuk masalah yang terlihat sepele di mata pria. Lekas mengambil kesimpulan dari perubahan sikap orang lain. Betapa bnayak wanita akhirnya mengalami frustasi dan kekecewaan akibat hati yang terluka. Sungguh lama dan susah menyembuhkannya.
Perasaan sentimentil wanita yang benar-benar sensitif dengan kehalusan rasa amat merindukan suasana romatis. Layaknya seorang anak kecil yang merengek permen. Padahal pria (baca:suami) rasa sensitifnya kurang. Atau tidak membiasakan diri menciptakan suasana yang penuh bunga-bungan cinta.

Terkadang isteri berusaha merebut perhatian tersebut, tapi terlihat salah, janggal, bahkan aneh di pandangan suami. Oleh sebab itu, wajar bila perempuan terkait dengan daya sensitifnya dianggap sering berlebihan.

Namun, disadari atau tidak kekayaan jiwalah yang membuat kaum hawa sanggup menajalankan multi peran. Baik sebagai seorang gadis, isteri dan ibu yang baik. Keistimewaan yang amat komplit itu melahirkan cinta dan kasih sayang. Tanpa sensitifitasnya, wanita tidak akan peka dengan denyut rasa dalam kehidupan.

Terbukti makhluk "halus" bernama perempuan memang piawai mengelola kepekaan nurani. Mereka rajin mengasah ketajaman mata hati, sehingga peka membaca tanda-tanda jiwa yang tersuruk. Tidak membahasaka kehendak secara verbal/bahasa lisan, kecuali isyarat tersirat yang butuh ketajaman hati tingkat tinggi guna memahaminya. Itulah sensitifitas yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi, sekaligus energi wanita ketika menebar cinta.

Adakalanya sensitifitas mampu menciptakan kekuatan dahsyat. Wanita Palestina sama seperti wanita lain di seluruh dunia yang mempunyai perasaan. Kehalusan jiwa sama sekali tidak mengarungi peran serta dalam gerakan intifadhah. Muslimah langsung terjun ke gelanggang perjuangan dengan komitmen yang lebih tegar. Mereka memberi semangat anak0-anak dan suami berjihad atau bahkan langsung turut serta.

Wanita berperasaan halus bahkan rapuh umpama kapas. Pada banyak kesempatan perasaan mereka lebih sering memberi warna. Dia akan menjadi malaikat penolong bila jiwa dihargai dan perasaannya disayangi. Namun, bisa berubah drastis menjadi pembunuh berdarah dingin jika harinya dilukai dan disakiti. Atas nama cinta, wanita berani menanggung seperih apapun derita. Tetapi, mana ada yang sanggup menerima segores luka di dada.

Ketika pengkhianatan sensitifitas rasa terjadi,maka perubahan seratus delapan puluh derajat segera melanda. Kesukaran akan berganti kebencian, kelembutan bertukar dengan keganasan. Sahabat lekas berubah sebagai musuh. SEorang raja jatuh pangkat di matanya umpama budak sahaya.

Karakter wanita adalah sesuatu yang seni, halus da sensitif. Bagi menjaganya, bukanlah urusan gampang kecuali denga ilmu dan iman yang kuat.

Kehalusan kodrati jiwa perempuan semakin terjaga dan meningkat kualitasnya ketika dipoles cahaya Tuhan. Hati yang dekat pada Alloh sanggup menyingkap hal-hal misterius menurut kasat mata. Hingga mampu menangkap hal yang di luar indera. Termasuk pula syarat langit bisa disingkap oleh ketajaman penglihatan batinnya. Semua iti sangat mungkin tercapai berkat olah jiwa (riyadhah ruhiyah), kegiatan kebaikan serta ibadah pendekatan pada Tuhan.

Wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar