Kamis, 27 Mei 2010

Little House on the Prairie TV Show Intro



Pelajaran dari "Si Burung Elang Perang Uhud"


Kala itu, masa generasi terbaik, generasi yang mampu memberikan cahaya terang di tengah pekatnya kegelapan. Pengukir sejarah perjuangan gemilang. Gagah dengan kewibawaan Islam dan kokoh karena kekuatan iman.

Hari itu perang uhud, thalhah ubaidilah, “si burung elang perang uhud”, begitulah julukan yang diberikan oleh Rasulullah kepadanya. Kisah hebat yang tentunya sebagai pelajaran bagi generasi berikutnya.

Diceritakan, ketika tentara Muslim terdesak mundur dan Rasulullah saw dalam bahaya akibat pasukan pemanah tidak disiplin dalam menjaga pos-pos di bukit, pasukan musuh bagai kesetanan merangsek maju untuk mengejar para mujahidin dan Rasulullah saw. Semua musyrikin berusaha mencari Rasulullah. Dengan pedang-pedang mereka yang tajam dan mengkilat, mereka terus mencari, para sahabat dengan sekuat tenaga melindungi.

Mereka pun rela terkena sabetan, tikaman pedang, tusukan tombak dan anak panah. Tetapi para sahabat tetap bertahan melawan kaum musyrikin Quraisy. Hati mereka berucap dengan teguh, "Aku korbankan ayah ibuku untuk engkau, ya Rasulullah". Pertempuran pun terus berlanjut. Tak terpikir oleh mereka untuk mundur sebagai pengecut. Hanya ada dua pilihan, hidup mulia atau mati sebagai syuhada.

Thalhah adalah salah satunya. Di ayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Ia melompat lincah ke arah Rasulullah yang tubuhnya berdarah. Dipeluknya Beliau dengan tangan kiri dan dadanya. Sementara pedang yang ada ditangan kanannya ia ayunkan ke arah lawan yang mengelilinginya. Ia tak akan membiarkan senjata-senjata tajam musuh mengenai tubuh rasulullah, meskipun dengan itu dirinya menjadi menderita.

Alhamdulillah, Rasul pun selamat. Kaum musyrikin pergi meninggalkan medan perang. Mereka mengira sang nabi telah tewas, padahal selamat, walaupun dalam keadaan luka-luka. Para sahabat menjadi lega, sebelumnya mereka sangat khawatir terjadi apa-apa dengan seseorang yang paling dikasihinya.

Kemudian Rasul dipapah oleh Thalhah menaiki bukit yang ada di ujung medan pertempuran. Tangan, tubuh dan kakinya diciumi oleh Thalhah, seraya berkata, "Aku tebus engkau Ya Rasulullah dengan ayah ibuku."

Nabi tersenyum dan Bersabda: " Keharusan bagi Thalhah adalah memperoleh… ". Yang dimaksud Rasulullah adalah memperoleh surga.

Sungguh peristiwa yang sangat luar biasa, suatu ketika Abu Bakar Ash Shidiq ra.pernah berkata, "Perang Uhud adalah harinya Thalhah. Pada waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rasulullah saw. Ketika melihat aku dan Abu Ubaidah, baginda berkata kepada kami: "Lihatlah saudaramu ini." Pada waktu itu aku melihat tubuh Thalhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya putus.". Subhanallah!

Sebuah pelajaran berharga dari sahabat thalhah, pahlawan Islam yang gagah berani, rela berkorban apa saja demi Allah dan Rasul-Nya, untuk kemuliaan agamanya. Karena ia tahu, nilai dunia itu tak ada apa-apanya, akheratlah masa depan yang sesungguhnya. Berbahagialah thalhah, ia mendapatkan tempat yang mulia disisi-Nya.

Semoga kita bisa meneladani sikap sahabat thalhah, bukannya menjadi singa-singa yang terkulai, lemah tak berdaya, bertekuk lutut pada gemerlapnya dunia.

Saat ini Islam sedang dihinakan, apakah kita hanya diam dan berpangku tangan, ataukah kita mau untuk bangkit berjuang demi kemuliaan Islam. Sungguh tiada kemuliaan tanpa Islam, tiada Islam tanpa syariah, dan tidak sempurna syariah tanpa daulah khilafah Islamiyah.

By: Ali Mustofa

Quran Reader - Read Qur'an in 40 Languages - iloveAllaah.com

Quran Reader - Read Qur'an in 40 Languages - iloveAllaah.com

makanan

"Seburuk2 makanan adlh makanan walimah jika yg diundang hanyalah org2 kaya saja sementara org2 miskin tak diundang. Dan barang siapa yg tdk memnuhi undangan, maka berarti ia telah berbuat durhaka kpd Allah dan Rasul-Nya." (Shahih Muslim: 2585)

How to Preserve the Muslim Family

Muslim families are at the crossroads today. The Western model is not a suitable pattern for the family life. Its style of family life has resulted in conjugal infidelity, large scale marriage breakdown, high rates of divorces, separations, broken homes, alcoholism, drug addiction, libertinism and the like.

Those who blindly mimic Western model, exploit their women to such an extent that the latter are made mere sex objectives. The only solution to the Muslim family's predicament is maintenance of Islamic family values. Islam builds the family on solid grounds, which are capable of providing continuity, security, mutual love and intimacy.

With a view to making the foundations of the family strong and natural, Islam not only recognizes but also lays emphasis on marriage, which is a wholesome pattern of lawful intimacy harmoniously blended with decency, morality and gratification.

Marriage and the family are the focal point in the Islamic system. There are many verses in the Qur'an and many statements of the Prophet (Pbuh), which declare marriage to be a moral safeguard and a religio-social commitment.

The aim of the Muslim family must be worship of Allah, as marriage is considered to be yet another form of Ibadah (Worship). If the aim of the family is carnal satisfaction or worldly gains, then the family institution fails miserably.

The responsibility of the family does not revolve solely on the husband or the wife or on children or grandchildren. It is a collective responsibility on all of them together and even beyond that to the previous generation of grandparents.

A family can be a Muslim family, only if parents behave correctly and follow the Sunnah.

If they do not live in accordance with the Sunnah, they have no right to hope or expect their children to be good Muslims. As you sow, so you reap. Cultivation of Islamic values is essential in a Muslim family and they should not only be cultivated but also nurtured. Our likes and dislikes, our conception of nice and vulgar, good and neat and chaotic, etc., must be in conformity with the Sunnah, for the Prophet(Pbuh) is reported to have said: "The one among you does not believe unless his own desires and likings are in conformity with what I have brought." This applies to personal habits, dress, food manners, etc.,


For the preservation and maintenance of the Muslim family, there must be instilled in its members a strong sense of belonging to the Muslim Ummah. The family is not an individual entity; it is a social aspect and so must be strengthened.


A Muslim family must socialize with other Muslim families. Parents must, no doubt, avoid corrupt people and refrain from socializing in sick environment. And also their children should do the same.


At the same time, they must provide better alternatives and there can be no better alternative than befriending good Muslims, especially Ulamas (scholars).


These are some ways of promoting and preserving the Muslim family. In conclusion, I fervently appeal to my fellow-religionists to remain continuously conscious and creative about the Islamic aspects.


Educated Muslims must apply the Islamic concepts; "think", "contemplate", "look", "realize", "know", "become wise", "reason", etc., on the Muslim society, and help in transformation of the Qur'anic and Prophetic concepts of the family into our daily life.

By Sumayyah bint Joan

El Enigma 2012 (10/11), David Wilcock, Español. (CC)

2012 Event Horizon: (4) Prophecies and Science of a Golden Age, by David...

The Chemical Brothers - Where Do I Begin

Andy Williams - Where Do I Begin [ Love Story ]

Stark Expo 2010: AccuTech

Back to the Future 1 & 2 Simultaneous Part 1

Sedekah Yang Paling Afdhol

Dalam sebuah hadits terdapat penjelasan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengenai aktifitas bersedekah yang paling utama alias afdhol.

Tidak semua bentuk bersedekah bernilai afdhol. Bagi orang yang berusia muda dan sedang energik tentunya bersedekah memiliki nilai lebih tinggi di sisi Allah daripada bersedekahnya seorang yang telah lanjut usia, sakit-sakitan, dan sudah menjelang meninggal dunia.

Untuk itulah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memberikan gambaran kepada ummatnya mengenai sedekah yang paling afdhol.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ حَرِيصٌ

تَأْمُلُ الْغِنَى وَتَخْشَى الْفَقْرَ وَلَا تُمْهِلْ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ

قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ

“Seseorang bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhol?” Beliau menjawab: “Kau bersedekah ketika kau masih dalam keadaan sehat lagi loba, kau sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai di kerongkongan, kau baru berpesan :”Untuk si fulan sekian, dan untuk si fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris).” (HR Bukhary)

Coba lihat betapa detilnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan ciri orang yang paling afdhol dalam bersedekah. Sekurangnya kita temukan ada empat kriteria: (1) Dalam keadaan sehat lagi loba alias berambisi mengejar keuntungan duniawi; (2) dalam keadaan sangat ingin menjadi kaya; (3) dalam keadaan sangat khawatir menjadi miskin dan (4) tidak dalam keadaan sudah menjelang meninggal dunia dan bersiap-siap membuat aneka wasiat soal harta yang bakal terpaksa ditinggalkannya.

Pertama, orang yang paling afdhol dalam bersedekah ialah orang yang dalam keadaan sehat lagi loba alias tamak alias berambisi sangat mengejar keuntungan duniawi.

Artinya, ia masih muda lagi masa depan hidupnya masih dihiasi aneka ambisi dan perencanaan untuk menjadi seorang yang sukses, mungkin dalam karirnya atau bisinisnya.

Dalam keadaan seperti ini biasanya seseorang akan merasakan kesulitan dan keengganan bersedekah karena segenap potensi harta yang ia miliki pastinya ingin ia pusatkan dan curahkan untuk modal menyukseskan berbagai perencanaan dan proyeknya.

Dengan dalih masih dalam tahap investasi, maka ia akan selalu menunda dan menunda niat bersedekahnya dari sebagian harta yang ia miliki. Karena setiap ia memiliki kelebihan harta sedikit saja, ia akan segera menyalurkannya ke pos investasinya.

Setiap uang yang ia miliki segera ia tanam ke dalam bisnisnya dan ia katakan ke dalam dirinya bahwa jika ia bersedekah dalam tahap tersebut maka sedekahnya akan terlalu sedikit, lebih baik ditunda bersedekah ketika nanti sudah sukses sehingga bisa bersedekah dalam jumlah ”signifikan” alias berjumlah banyak. Akhirnya ia tidak kunjung pernah mengeluarkan sedekah selama masih dalam masa investasi tersebut.

Kedua, bersedekah ketika dalam keadaan sedang sangat ingin menjadi kaya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam seolah ingin menggambarkan bahwa orang yang dalam keadaan tidak ingin menjadi kaya berarti bersedekahnya kurang bernilai dibandingkan orang yang dalam keadaan berambisi menjadi kaya. Sebab bila seorang yang sedang berambisi menjadi kaya bersedekah berarti ia bukanlah tipe orang yang hanya ingin menikmati kekayaan untuk dirinya sendiri.

Ia sejak masih bercita-cita menjadi kaya sudah mengembangkan sifat dan karakter dermawan. Hal ini menunjukkan bahwa jika Allah izinkan dirinya benar-benar menjadi orang kaya, maka dalam kekayaan itu dia bakal selalu sadar ada hak kaum yang kurang bernasib baik yang perlu diperhatikan.

Sekaligus kebiasaan bersedekah yang dikembangkan sejak seseorang baru pada tahap awal merintis bisnisnya, maka hal itu mengindikasikan bahwa si pelaku bisnis itu sadar sekali bahwa rezeki yang ia peroleh seluruhnya berasal dari Yang Maha Pemberi Rezeki, Allah Ar-Razzaq.

Hal ini sangat berbeda dengan orang kaya dari kaum kafir seperti Qarun, misalnya. Qarun adalah tokoh kaya di zaman dahulu yang di dalam meraih keberhasilan bisnisnya menyangka bahwa kekayaan yang ia peroleh merupakan buah dari kepiawaiannya dalam berbisnis semata.

Ia tidak pernah mengkaitkan kesuksesan dirinya dengan Yang Maha Pemberi Rezeki, Allah swt.

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِ

“Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku".(QS Al-Qshshash ayat 78)

Ketiga, sedekah menjadi afdhol bila si pemberi sedekah berada dalam keadaan khawatir menjadi miskin. Walaupun ia dalam keadaan khawatir menjadi miskin, namun hal ini tidak mempengaruhi dirinya. Ia tetap berkeyakinan bahwa bersedekah dalam keadaan seperti itu merupakan bukti ke-tawakkal-annya kepada Allah.

Ia sadar bahwa jika Allah kehendaki, maka mungkin sekali dirinya menjadi kaya atau menjadi miskin. Itu terserah Allah. Yang pasti keadaan apapun yang dialaminya tidak mempengaruhi sedikitpun kebiasaannya bersedekah.

Ia sudah menjadikan bersedekah sebagai salah satu karakter penting di dalam keseluruhan sifat dirinya. Persis gambarannya seperti orang bertaqwa di dalam Al-Qur’an:

أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ

”... yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.” (QS Ali Imran ayat 133-134)

Keempat, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sangat mewanti-wanti agar jangan sampai seseorang baru berfikir untuk bersedekah ketika ajal sudah menjelang. Sehingga digambarkan oleh beliau bahwa orang itu kemudian baru menyuruh seorang pencatat menginventarisasi siapa-siapa saja fihak yang berhak menerima harta miliknya yang hendak disedekahkan alias diwasiatkan.

Ini bukanlah bentuk bersedekah yang afdhol. Sebab pada hakikatnya, seorang yang bersedekah ketika ajal sudah menjelang, berarti ia melakukannya dalam keadaan sudah dipaksa oleh keadaan dirinya yang sudah tidak punya pilihan lain.

Bila seseorang bersedekah dalam keadaan ia bebas memilih antara mengeluarkan sedekah atau tidak, berarti ia lebih bermakna daripada seseorang yang bersedekah ketika tidak ada pilihan lainnya kecuali harus bersedekah.

Itulah sebabnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam lebih menghargai orang yang masih muda lagi sehat bersedekah daripada orang yang sudah tua dan menjelang ajal baru berfikir untuk bersedekah.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersedekah yang paling afdhol. Terimalah, ya Allah, segenap infaq dan sedekah kami di jalanMu. Amin.-


Sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/sedekah-yang-paling-afdhol.htm

13 Sifat Laki-laki Yang Tidak Disukai Perempuan

Para istri atau kaum wanita adalah manusia yang juga mempunyai hak tidak suka kepada laki-laki karena beberapa sifa-sifatnya. Karena itu kaum lelaki tidak boleh egois, dan merasa benar. Melainkan juga harus memperhatikan dirinya, sehingga ia benar-benar bisa tampil sebagai seorang yang baik. Baik di mata Allah, pun baik di mata manusia, lebih-lebih baik di mata istri. Ingat bahwa istri adalah sahabat terdekat, tidak saja di dunia melainkan sampai di surga. Karena itulah perhatikan sifat-sifat berikut yang secara umum sangat tidak disukai oleh para istri atau kaum wanita. Semoga bermanfaat.

Pertama, Tidak Punya Visi

Setiap kaum wanita merindukan suami yang mempunyai visi hidup yang jelas. Bahwa hidup ini diciptakan bukan semata untuk hidup. Melainkan ada tujuan mulia. Dalam pembukaan surah An Nisa’:1 Allah swt. Berfirman: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. Dalam ayat ini Allah dengan tegas menjelaskan bahwa tujuan hidup berumah tangga adalah untuk bertakwa kepada Allah. Takwa dalam arti bersungguh mentaati-Nya. Apa yang Allah haramkan benar-benar dijauhi. Dan apa yang Allah perintahkan benar ditaati.


Namun yang banyak terjadi kini, adalah bahwa banyak kaum lelaki atau para suami yang menutup-nutupi kemaksiatan. Istri tidak dianggap penting. Dosa demi dosa diperbuat di luar rumah dengan tanpa merasa takut kepada Allah. Ingat bahwa setiap dosa pasti ada kompensasinya. Jika tidak di dunia pasti di akhirat. Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena keberanian para suami berbuat dosa. Padahal dalam masalah pernikahan Nabi saw. bersabda: “Pernikahan adalah separuh agama, maka bertakwalah pada separuh yang tersisa.”

Kedua, Kasar

Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Ini menunjukkan bahwa tabiat wanita tidak sama dengan tabiat laki-laki. Karena itu Nabi saw. menjelaskan bahwa kalau wanita dipaksa untuk menjadi seperti laki-laki tulung rusuk itu akan patah. Dan patahnya berarti talaknya. Dari sini nampak bahwa kaum wanita mempunyai sifat ingin selalui dilindungi. Bukan diperlakukan secara kasar. Karena itu Allah memerintahkan para suami secara khusus agar menyikapi para istri dengan lemah lembut: Wa’aasyiruuhunna bil ma’ruuf (Dan sikapilah para istri itu dengan perlakuan yang baik) An Nisa: 19. Perhatikan ayat ini menggambarkan bahwa sikap seorang suami yang baik bukan yang bersikap kasar, melainkan yang lembut dan melindungi istri.

Banyak para suami yang menganggap istri sebagai sapi perahan. Ia dibantai dan disakiti seenaknya. Tanpa sedikitpun kenal belas kasihan. Mentang-mentang badannya lebih kuat lalu memukul istri seenaknya. Ingat bahwa istri juga manusia. Ciptaan Allah. Kepada binatang saja kita harus belas kasihan, apalagi kepada manusia. Nabi pernah menggambarkan seseorang yang masuk neraka karena menyikas seekor kucing, apa lagi menyiksa seorang manusia yang merdeka.

Ketiga, Sombong

Sombong adalah sifat setan. Allah melaknat Iblis adalah karena kesombongannya. Abaa wastakbara wakaana minal kaafiriin (Al Baqarah:34). Tidak ada seorang mahlukpun yang berhak sombong, karena kesombongan hanyalah hak priogatif Allah. Allah berfirman dalam hadits Qurdsi: “Kesombongan adalah selendangku, siapa yang menandingi aku, akan aku masukkan neraka.” Wanita adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat bertentangan dengan kelembutan wanita. Karena itu para istri yang baik tidak suka mempunyai suami sombong.

Sayangnya dalam keseharian sering terjadi banyak suami merasa bisa segalanya. Sehingga ia tidak mau menganggap dan tidak mau mengingat jasa istri sama sekali. Bahkan ia tidak mau mendengarkan ucapan sang istri. Ingat bahwa sang anak lahir karena jasa kesebaran para istri. Sabar dalam mengandung selama sembilan bulan dan sabar dalam menyusui selama dua tahun. Sungguh banyak para istri yang menderita karena prilaku sombong seorang suami.

Keempat, Tertutup

Nabi saw. adalah contoh suami yang baik. Tidak ada dari sikap-sikapnya yang tidak diketahui istrinya. Nabi sangat terbuka kepada istri-istrinya. Bila hendak bepergian dengan salah seorang istrinya, nabi melakukan undian, agar tidak menimbulkan kecemburuan dari yang lain. Bila nabi ingin mendatangi salah seorang istrinya, ia izin terlebih dahulu kepada yang lain. Perhatikan betapa nabi sangat terbuka dalam menyikapi para istri. Tidak seorangpun dari mereka yang merasa didzalimi. Tidak ada seorang dari para istri yang merasa dikesampingkan.

Kini banyak kejadian para suami menutup-nutupi perbuatannya di luar rumah. Ia tidak mau berterus terang kepada istrinya. Bila ditanya selalu jawabannya ngambang. Entah ada rapat, atau pertemuan bisnis dan lain sebagainya. Padahal tidak demikian kejadiannya. Atau ia tidak mau berterus terang mengenai penghasilannya, atau tidak mau menjelaskan untuk apa saja pengeluaran uangnya. Sikap semacam ini sungguh sangat tidak disukai kaum wanita. Banyak para istri yang tersiksa karena sikap suami yang begitu tertutup ini.

Kelima, Plinplan

Setiap wanita sangat mendambakan seorang suami yang mempunyai pendirian. Bukan suami yang plinplan. Tetapi bukan diktator. Tegas dalam arti punya sikap dan alasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Tetapi di saat yang sama ia bermusyawarah, lalu menentukan tindakan yang harus dilakukan dengan penuh keyakinan. Inilah salah satu makna qawwam dalam firman Allah: arrijaalu qawwamuun alan nisaa’ (An Nisa’:34).

Keenam, Pembohong

Banyak kejadian para istri tersiksa karena sang suami suka berbohong. Tidak mau jujur atas perbuatannya. Ingat sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh ke tanah. Kebohongan adalah sikap yang paling Allah benci. Bahkan Nabi menganggap kebohongan adalah sikap orang-orang yang tidak beriman. Dalam sebuah hadits Nabi pernah ditanya: hal yakdzibul mukmin (apakah ada seorang mukmin berdusta?) Nabi menjawab: Laa (tidak). Ini menunjukkan bahwa berbuat bohong adalah sikap yang bertentangan dengan iman itu sendiri.

Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang bubar karena kebohongan para suami. Ingat bahwa para istri tidak hanya butuh uang dan kemewahan dunia. Melainkan lenbih dari itu ia ingin dihargai. Kebohongan telah menghancurkan harga diri seorang istri. Karena banyak para istri yang siap dicerai karena tidak sanggup hidup dengan para sumai pembohong.

Ketujuh, Cengeng

Para istri ingin suami yang tegar, bukan suami yang cengeng. Benar Abu Bakar Ash Shiddiq adalah contoh suami yang selalu menangis. Tetapi ia menangis bukan karena cengeng melainkan karena sentuhan ayat-ayat Al Qur’an. Namun dalam sikap keseharian Abu Bakar jauh dari sikap cengeng. Abu Bakar sangat tegar dan penuh keberanian. Lihat sikapnya ketika menghadapi para pembangkang (murtaddin), Abu Bakar sangat tegar dan tidak sedikitpun gentar.

Suami yang cenging cendrung nampak di depan istri serba tidak meyakinkan. Para istri suka suami yang selalu gagah tetapi tidak sombong. Gagah dalam arti penuh semangat dan tidak kenal lelah. Lebih dari itu tabah dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.

Kedelapan, Pengecut

Dalam sebuah doa, Nabi saw. minta perlindungan dari sikap pengecut (a’uudzubika minal jubn), mengapa? Sebab sikap pengecut banyak menghalangi sumber-sumber kebaikan. Banyak para istri yang tertahan keinginannya karena sikap pengecut suaminya. Banyak para istri yang tersiksa karena suaminya tidak berani menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Nabi saw. terkenal pemberani. Setiap ada pertempuran Nabi selalu dibarisan paling depan. Katika terdengar suara yang menakutkan di kota Madinah, Nabi saw. adalah yang pertama kaluar dan mendatangi suara tersebut.

Para istri sangat tidak suka suami pengecut. Mereka suka pada suami yang pemberani. Sebab tantangan hidup sangat menuntut keberanian. Tetapi bukan nekad, melainkan berani dengan penuh pertimbangan yang matang.

Kesembilan, Pemalas

Di antara doa Nabi saw. adalah minta perlindingan kepada Allah dari sikap malas: allahumma inni a’uudzubika minal ‘ajizi wal kasal , kata kasal artinya malas. Malas telah membuat seseorang tidak produktif. Banyak sumber-sumber rejeki yang tertutup karena kemalasan seorang suami. Malas sering kali membuat rumah tangga menjadi sempit dan terjepit. Para istri sangat tidak suka kepada seorang suami pemalas. Sebab keberadaanya di rumah bukan memecahkan masalah melainkan menambah permasalah. Seringkali sebuah rumah tangga diwarnai kericuhan karena malasnya seorang suami.

Kesepuluh, Cuek Pada Anak

Mendidik anak tidak saja tanggung jawab seorang istri melainkan lebih dari itu tanggung jawab seorang suami. Perhatikan surat Luqman, di sana kita menemukan pesan seorang ayah bernama Luqman, kepada anaknya. Ini menunjukkan bahwa seorang ayah harus menentukan kompas jalan hidup sang anak. Nabi saw. Adalah contoh seorang ayah sejati. Perhatiannya kepada sang cucu Hasan Husain adalah contoh nyata, betapa beliau sangat sayang kepada anaknya. Bahkan pernah berlama-lama dalam sujudnya, karena sang cucu sedang bermain-main di atas punggungnya.

Kini banyak kita saksikan seorang ayah sangat cuek pada anak. Ia beranggapan bahwa mengurus anak adalah pekerjaan istri. Sikap seperti inilah yang sangat tidak disukai para wanita.

Kesebelas, Menang Sendiri

Setiap manusia mempunyai perasaan ingin dihargai pendapatnya. Begitu juga seorang istri. Banyak para istri tersiksa karena sikap suami yang selalu merasa benar sendiri. Karena itu Umar bin Khaththab lebih bersikap diam ketika sang istri berbicara. Ini adalah contoh yang patut ditiru. Umar beranggapan bahwa adalah hak istri mengungkapkan uneg-unegnya sang suami. Sebab hanya kepada suamilah ia menemukan tempat mencurahkan isi hatinya. Karena itu seorang suami hendaklah selalu lapang dadanya. Tidak ada artinya merasa menang di depan istri. Karena itu sebaik-baik sikap adalah mengalah dan bersikap perhatian dengan penuh kebapakan. Sebab ketika sang istri ngomel ia sangat membutuhkan sikap kebapakan seorang suami. Ada pepetah mengatakan: jadilah air ketika salah satunya menjadi api.

Keduabelas, Jarang Komunikasi

Banyak para istri merasa kesepian ketika sang suami pergi atau di luar rumah. Sebaik-baik suami adalah yang selalu mengontak sang istri. Entah denga cara mengirim sms atau menelponnya. Ingat bahwa banyak masalah kecil menjadi besar hanya karena miskomunikasi. Karena itu sering berkomukasi adalah sangat menentukan dalam kebahagiaan rumah tangga.

Banyak para istri yang merasa jengkel karena tidak pernah dikontak oleh suaminya ketika di luar rumah. Sehingga ia merasa disepelekan atau tidak dibutuhkan. Para istri sangat suka kepada para suami yang selalu mengontak sekalipun hanya sekedar menanyakan apa kabarnya.

Ketigabelas, Tidak Rapi dan Tidak Harum

Para istri sangat suka ketika suaminya selalu berpenampilan rapi. Nabi adalah contoh suami yang selalu rapi dan harum. Karena itu para istrinya selalu suka dan bangga dengan Nabi. Ingat bahwa Allah Maha indah dan sangat menyukai keindahan. Maka kerapian bagian dari keimanan. Ketika seorang suami rapi istri bangga karena orang-orang pasti akan berkesan bahwa sang istri mengurusnya. Sebaliknya ketika sang suami tidak rapi dan tidak harum, orang-orang akan berkesan bahwa ia tidak diurus oleh istrinya. Karena itu bagi para istri kerapian dan kaharuman adalah cermin pribadi istri. Sungguh sangat tersinggung dan tersiksa seorang istri, ketika melihat suaminya sembarangan dalam penampilannya dan menyebarkan bahu yang tidak enak. Allahu a’lam


Oleh: DR. Amir Faishol Fath
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/13-sifat-laki-laki-yang-tidak-disukai-perempuan/

Mengukur Angan-angan

Hidup kadang seperti rangkaian bias-bias sinar terik yang membentuk fatamorgana. Terlihat begitu indah. Segar menawan. Ia melambai-lambai, membuat ruhani yang haus kian terpedaya.

Seperti itulah rupa hidup buat sebagian orang. Seperti itulah ketika kesenjangan antara idealita dengan realita tak lagi menumbuhkan kesadaran. Bahwa, hidup penuh perjuangan. Yang muncul selanjutnya adalah angan-angan. Andai saya bisa. Andai saya kaya!

Kesenjangan makin parah ketika tarikan-tarikan idealita punya dua tangan. Adanya obsesi hidup serba lengkap di satu sisi, serta pergaulan yang begitu akrab dengan dunia serba mewah. Entah kenapa, ingatan begitu kuat menyimpan sederet merek mobil mewah, lokasi wisata kelas tinggi, trend baru seputar busana, handphone dan sebagainya. Ada selera hidup yang, boleh jadi, di luar kemestian.

Padahal, kenyataan diri berkali-kali menegaskan bahwa semua tuntutan gaya hidup itu di luar kemampuan. Bahwa, membayang-bayangkan sesuatu di luar kesanggupan hanya menguras energi tanpa manfaat. Seolah diri ingin mengatakan, “Inilah kenyataan. Terimalah. Jangan mimpi. Jangan terbuai angan-angan!”

Namun, penegasan itu sulit diterima diri yang terus dipermainkan nafsu. Pada saat yang sama, kesadaran jiwa kian tenggelam dengan angan-angan. Terus tersiksa dengan segala ketidakmampuan. Cahaya iman meredup. Hati pun menjadi gelap.

Seorang sahabat Rasulullah saw., Abdullah bin Mas’ud, pernah memberikan nasihat. Ada empat hal yang menyebabkan hati manusia menjadi gelap. Yaitu, perut yang terlalu kenyang, berakrab-akrab dengan orang-orang zalim, melupakan dosa-dosa masa silam tanpa ada perasaan menyesal. Dan terakhir, panjang angan-angan.

Beliau radhiyallahu‘anhu juga memberikan nasihat sebaliknya. Ada empat hal yang membuat manusia memiliki hati yang terang. Yaitu, adanya kehati-hatian
dalam mengisi perut, bergaul dengan orang-orang yang baik,
mengenang dosa-dosa dengan penuh penyesalan. Dan keempat, pendek angan-angan.

Seperti itulah nasihat singkat dari seorang sahabat Rasul yang sejak kecil hidup apa adanya. Tapi kemudian, tumbuh menjadi seorang pakar Alquran, ahli fikih, dan beberapa penguasaan ilmu lain. Umar bin Khattab pernah berkomentar tentang sosok Abdullah bin Mas’ud. “Sungguh ia terpelihara oleh kefaqihan dan ketinggian ilmunya.”

Ada beberapa sebab kenapa angan-angan kian memanjang. Pertama, keringnya hati dalam mengingat Allah swt. Kekosongan-kekosongan itulah yang menjadi lahan subur tumbuhnya angan-angan. Allah swt. berfirman, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Alkitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadiid: 16)

Kedua, adanya kecintaan pada dunia. Luqman Al-Hakim pernah berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, sesungguhnya dunia itu laut yang dalam. Telah banyak orang yang tenggelam di dalamnya. Maka hendaklah perahu duniamu itu senantiasa takwa kepada Allah ‘Azza Wajalla. Isinya iman kepada Allah Ta’ala. Dan layarnya berupa tawakkal penuh pada Allah swt.
Anakku, berpuasalah dari dunia dan berbukalah pada akhirat.”

Seorang ulama seperti Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah memberikan nasihat soal ini. Janganlah sekali-kali menatap dan merenungi harta orang lain. Karena di situlah peluang setan menyusupkan godaannya.

Ketiga, menghinakan nikmat Allah. Sangan wajar jika seorang manusia ingin hidup kaya. Dan Islam sedikit pun tidak melarang umatnya menjadi orang kaya. Justru, ada hadits Rasulullah saw. yang mengatakan, “Kaadal faqru ayyakuuna kufron” (Boleh jadi kefakiran menjadikan seseorang kepada kekafiran)

Masalahnya tidak pada sisi itu. Ketika seseorang tidak mampu menerima kenyataan apa adanya, ada sesuatu yang hilang. Itulah syukur terhadap nikmat Allah. Rasulullah saw. bersabda, “Dua hal apabila dimiliki seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” (HR. Attirmidzi)

Jika seorang hamba Allah kurang bersyukur, yang terjadi berikutnya adalah buruk sangka pada Allah swt. Menganggap Allah kurang bijaksana. Menganggap Allah tidak adil. Padahal, semua kebijaksanaan Allah adalah pilihan yang terbaik buat hamba-Nya. Boleh jadi, kemiskinan buat seseorang memang merupakan situasi yang tepat buat hamba Allah itu.

Seperti itulah firman Allah dalam surah Asy-Syura ayat 27. “Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.”

Terakhir, adanya kekaguman terhadap seseorang karena sisi kekayaannya. Begitulah mereka yang kehilangan identitas keimanannya. Gampang kagum dengan sesuatu dari kulit luarnya: penampilan dan kekayaan. Padahal, kenyataan hidup yang terlihat tidak seindah yang dibayangkan. Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri.” (QS. Ali Imran: 196)

Kehidupan memang tak bisa lepas dari pemandangan menipu sejenis fatamorgana. Tapi semua itu tidak akan mampu menggoda hati-hati yang tidak dahaga. Karena nikmat Allah yang ada sudah teramat layak untuk disyukuri.

Oleh: Muhammad Nuh
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/mengukur-angan-angan/

BERKAH TERSEMBUNYI

Hari yang semula cerah, dalam waktu singkat berubah mendung. Langit biru berbaur putih berubah hitam kelabu. Dan di antara gemercik gerimis yang perlahan mulai turun, sesekali terdengar gelegar guntur. Meski tanpa kilauan kilat menyambar namun suasana terasa kian merambah ke titik ‘mencekam’.

Saat hujan menderas, cuaca yang semula panas seketika menjadi dingin. Bunyi rintiknya yang berirama tercurah ke atap rumah, mencipta rasa yang sulit diungkap dengan kata-kata. Dalam paduan cemas dan takut, terbersit teduh kepasrahan. Dalam gelisah, terlintas rasa syukur. Ah!. Hujan. Wujud peristiwa kehadiran yang kadang ditolak namun kadang pula ditunggu. Jadi bila memang sudah waktunya awan berarak diterbangkan angin, hingga terkumpul menjadi mendung menggumpal di seantero langit, siapa dapat mencegahnya mencurahkan titik-titik air hujan ke sekujur bumi?

Bila hujan tiba, lebih sering kita lantunkan sumpah-serapah. Seakan hujan sudah begitu identik dengan gambaran suasana sedih dan muram. Segala hal yang semula OK berbalik jadi KO. Jarum penunjuk antusias beralih ke titik bad mood. Rencana rapi yang sudah tersusun, jadi buyar seketika. Manajemen waktu yang telah terurutkan oleh step-step kegiatan, jadi amburadul dalam sekejap. Apa yang semula kita mau lakukan, jadi tak mampu kita wujudkan. Semua, gara-gara hujan.

Di atas segala hal yang menyangkut hujan, mungkin perlu kita bertanya: apakah selamanya sikap kita sudah benar mesti begitu?

Cobalah keluar rasakan rintik air hujan yang turun, lurus deras seakan hendak menusuk bumi. Bila hati terbuka menerima, maka kan terasa kesegaran menjalari raga.

Tengadahlah dengan wajah ceria, maka kan terhirup rasa sejuk di raut muka. Menjalar pelan ke relung sukma. Desir halus menghanyutkan dari Sang Maha Lembut.

Bukalah tangan, unjukkan ke arah langit. Berdoalah dengan lisan dan kalbu. Maka kan terasa nikmat getar ilham dalam mengingat-Nya.

Dalam buaian hujan, kita sebenarnya kan mampu pulas tertidur dalam rangkaian mimpi-mimpi indah yang berterusan. Bila kita mampu mengenali nilai ‘rahmat’ yang dibawanya serta. Bukankah udara yang semula keruh oleh tumpukan polusi, kan tercerai berai oleh kesegaran alaminya?

Tataplah dekat-dekat permukaan setiap daun di pepohonan. Tidakkah bulir-bulir yang tercipta di permukaannya yang hijau, mampu menciptakan perpaduan indah tak terlukiskan? Bukankah semua, karya agung Sang Maha Indah semata?

Di relung hujan, cobalah tulis berlarik puisi. Di permukaan tanah dan bebatuan, yang beradu dengan jernih air langit itu, cobalah ukirkan jejak. Segala arah mata angin kan berselimut kesejukan dari Sang Maha Kasih.

Berhadapan dengan berkah tiada kira ini, layakkah kiranya sumpah-serapah? Bila hujan tiba, inilah saat pintu langit terbuka. Segala lantun doa kan dengan mudah terkabulkan oleh-Nya. Haruskah saat baik ini berlalu di antara keluhan sia-sia?

Bila panas berlangsung tanpa henti. Bumi berputar, waktu berganti. Tanpa hujan sesekali, mampukah kita tegak berdiri?

Tuhan, terima kasih atas segala berkah tersembunyi yang demikian banyaknya telah Engkau kirimkan bagi kami di bumi. Maafkanlah bila kami tak pernah tahu pasti, untuk apa semua itu mesti ada dan senantiasa tak pernah henti hadir di tengah kami…

Segala macam berkah tersembunyi, seringkali terhijab dari kami. Karena memang hanya Engkau-lah Sang Maha Tahu Segalanya.

Alhamdulillah atas segala nikmatMU ya ALLAH.
Oleh Esha Rachman Yudhi

SHOLAT, BAGAIMANAPUN TETAP SEBAGAI KEWAJIBAN

''Setiap hari kubuka mata dari tidur di pagi hari sambil sesaat termenung, aku masih hidup. Seberapa baikkah shalatku… ''

Teringat dulu ketika manusia agung itu menahan pedih di kala sakaratul maut, inilah yang diucapkannya, "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu. " Di luar pintu rumah Az-Zahra tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii", "Umatku, umatku, umatku." Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang dima’sum itu.

Mari renungkan, betapa luar biasa amal shalat, sehingga Rasulullah masih sempat mewarisi wasiat shalat di akhir hidupnya, yaitu ketika rasa sakit tak ada yang menandingi lagi.

Shalat, ia amal utama setelah syahadat, amal pertama diperhitungkan di akhirat.
Shalat, ia mencerminkan kehidupan, dengannya tercegah perbuatan keji dan mungkar.
Shalat, ia diperintahkan Allah langsung ketika Rasulullah Mi’raj di suatu malam.

Lalu mari renungkan kisah para pejuang, di masa lalu, di padang pasir, di masa kini, di kegelapan hutan, di puncak gunung, dalam persembunyian.

Shalat, ia membuat seorang luka berdiri di waktu malam, di tengah amuk pertempuran.
Shalat, ia bagaikan rehat karena keringat dan darah seharian.
Shalat, ia sarana mengadu dan memohon pertolongan.
Shalat, ia sebuah amal para mujahid sebelum tiang gantungan

Coba renungkan kisah di kala sakit di pembaringan.
Shalat, ia dikerjakan dalam duduk, ataupun berbaring, tetap ia sebuah kewajiban.

Dan sebuah akhir yang sangat perlu direnungkan.
Shalat, ia dilakukan bagi manusia yang tak kuasa dalam diam, sesaat menuju pekuburan.

Saudaraku, itulah shalat, sebuah kewajiban 17 kali ruku’ dalam sehari semalam yang seringkali tak lengkap, tanpa makna, bahkan hilang.

Setiap hari kubuka mata dari tidur di pagi hari sambil sesaat termenung, aku masih hidup. Seberapa baikkah shalatku…

Robbij'alni muqiimassholaati wamindzurriyati Ya Allah jadikan aku dan keturunanku orang-orang yang mendirikat sholat.

Oleh Eko Hardjanto
Rotterdam, 18 Jumaadil Awwal 1428 H.
Di balik meja kantor, hanya mendengar suara Adzan ‘’Islamic Finder’’.

MENJADI HEBAT KARENA DISIKSA KONTRADIKSI DALAM DIRI

Sahabat Indonesia yang super,
yang sedang menyejajarkan yang dilakukannya dengan yang diketahuinya sebagai tindakan yang benar.

Adik-adik dan anak-anak saya yang terkasih, yang sedang mengikhlaskan dirinya untuk melakukan yang sudah terbukti membesarkan kehidupan para senior-nya.

Mudah-mudahan sapa saya di Kamis pagi yang menantang ini, menjumpai Anda dalam kesehatan dan kesungguhan untuk merajinkan diri melakukan yang harus Anda lakukan bagi kedamaian dan kesejahteraan hidup Anda dan keluarga tercinta.

Tidak ada orang bisa menjadi pribadi yang damai, dengan kebiasaan mendahulukan yang tidak penting, atau menghindari yang seharusnya dilakukan.

Tidak ada orang bisa menghormati dirinya sendiri, jika dia menyebut dirinya beriman, tetapi melakukan yang dilarang dalam imannya.

Dan,

Tidak ada orang bisa mencapai kesejahteraan, dengan kebiasaan menghindari pekerjaan dan berbelanja dengan uang yang belum dimilikinya.

Setiap pribadi yang berhasil dengan cemerlang dalam kehidupan ini adalah pribadi yang tersiksa dengan kontradiksi yang akut di dalam dirinya,
tetapi yang menggunakan tenaga dari kegelisahan dan kemarahannya untuk menjadikan dirinya pribadi yang dikhususkan,
karena dia belajar dan bekerja lebih giat,
menjadikan dirinya lebih mampu, lebih tabah, dan lebih rendah hati,
dan berfokus untuk menjadi pribadi yang bernilai bagi kebaikan sesama.


Sahabat saya yang super,

Mohon Anda perhatikan dengan sangat seksama,

Apakah ada pribadi yang biasa-biasa saja, yang mencapai hal-hal yang luar biasa?

Apakah ada pribadi yang sangat penurut, yang menjadi inovator dan penemu yang cemerlang?

Apakah ada pribadi yang penakut, yang menjadi pemimpin yang gagah dan dimuliakan?

Apakah ada pribadi yang penunda, yang kesejahteraannya tidak juga tertunda?

Apakah ada pribadi yang pemalas, yang harapannya dilayani dengan rajin oleh kehidupan ini?

Jawabannya adalah:
tidak ada, nggak mungkin deh, ora ono, lan opo tumon?

Karena,

Jika seseorang ingin mencapai kehidupan yang damai, yang sejahtera, dan yang dikhususkan karena nilainya bagi sesama, dia boleh TETAP menggunakan sifat dasarnya yang TADINYA hanya melemahkan, tetapi sekarang menggunakannya dengan ARAH YANG NAIK.

Seperti,

Dia masih boleh menjadi pribadi yang biasa-biasa saja, asal yang dilakukannya tidak biasa baiknya.

Dia masih boleh menjadi pribadi yang penurut, asal yang dilakukannya menuruti harapan dan impian-impian besarnya, dan menuruti yang menjadikannya rajin dan menghasilkan yang baik.

Dia masih boleh menjadi pribadi yang penakut, asal dia LEBIH takut menjadi orang yang miskin dan lemah masa tuanya, dan terpaksa berani melakukan yang penting bagi diri dan hidupnya.

Dia masih boleh menjadi pribadi yang penunda, asal dia menggunakan keahliannya dalam ilmu menunda – untuk menunda yang tidak penting baginya, dan mendahulukan yang menjadikannya lebih mampu.

Dia masih boleh menjadi pribadi yang malas, asal dia menggunakan kehebatan dari kemalasannya untuk malas bergaul dengan orang-orang yang semakin menjauhkannya dari kebaikan, malas dikerdilkan oleh kesenangan sesaat dan sementara, malas bertengkar, malas membincangkan aib orang lain, dan malas mengatakan ‘males ah …’

Sahabat saya yang baik hatinya,

Seorang sahabat muda pernah bertanya kepada saya,

Apakah Pak Mario tidak pernah merasa malas dalam bekerja melayani banyak orang seperti ini, yang suka rela, tidak dibayar, dan tidak jelas akan dapat apa?

Kira-kira apa jawaban saya?

Adik-adik dan anak-anak saya yang sangat saya sayangi, jawabannya adalah ‘selalu.’

Saya selalu dibuat merasa malas untuk melakukan yang baik bagi orang lain dan yang akhirnya baik bagi diri saya.

Apakah Anda memperhatikan bahwa dalam kalimat jawaban saya di atas, saya menggunakan kata ‘dibuat’?

Ya, saya sangat menyayangi Pak Mario, sehingga saya membantunya merasa hormat dengan dirinya sendiri dengan menggunakan kata-kata ‘dibuat merasa malas.’ Pak Mario aslinya rajin, tetapi dibuat malas oleh ‘sisi kegelapan’ agar Pak Mario gagal menjadi pribadi yang baik, yang bernilai bagi sesama.

Konsep yang sama berlaku untuk adik-adik dan anak-anak saya yang hatinya baik,

Kalian adalah orang-orang hebat, yang direncanakan oleh Tuhan untuk menjadi penegak kebaikan dan pembesar kehidupan.

Tetapi,
ada kekuatan dari sisi-sisi yang gelap, yang tidak suka melihat kalian berhasil, dan bahkan dulu sudah bersumpah untuk menjadikan cucu-cucu Adam sebagai penghuni neraka bersamanya. Kekuatan yang buruk itu berupaya untuk menggagalkan rencana keberhasilan kalian.

Itu sebabnya kalian dibuat merasa malas, lalu dibuat merasa bahwa kemalasan itu asli sifat kalian, lalu kalian dibuat merasa minder karena kelemahan yang dihasilkan oleh kemalasan itu, lalu kalian dibuat membenci kehidupan yang sepertinya mengharuskan kalian bekerja keras, dan yang lebih menyiksa lagi – kalian dibuat merasa bahwa apa pun yang kalian kerjakan tidak akan menghasilkan apa pun.

Maka berhati-hatilah.

Kata ‘hati-hati’ itu terdiri dari dua ‘hati’, yang mungkin berarti kita diharuskan menggunakan dua kali kekuatan hati kita untuk menyadari adanya tipu muslihat yang digunakan oleh sisi kegelapan untuk memperdaya kita, dan menjadikan kita jiwa-jiwa mulia yang tersiksa oleh pengerdilan hidup yang kita lakukan sendiri.

Sisi kegelapan ini telah hidup jutaan tahun, dan telah sangat berpengalaman dalam semua pernak-pernik strategi dan teknik memperdaya anak manusia. Mereka bahkan telah merekrut banyak manusia lain sebagai perayu dan pemerdaya yang memperosokkan jiwa-jiwa yang direncanakan menjadi orang-orang besar yang dikhususkan karena perannya bagi kebaikan sesama.

Adik-adik dan anak-anakku yang hatinya baik,

Apakah kalian punya teman yang malas dan suka merusak kesehatannya sendiri, yang mengajak kalian untuk mengabaikan yang penting, dan membuat kalian merasa tidak ‘in’, merasa kuno dan udik - jika tidak menurutinya?

Nah ! … dia itu adalah jiwa baik yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang digunakan oleh sisi kegelapan, untuk menggagalkan rencana kebesaran kehidupan kalian.

Kasihanilah dia, berkasih sayanglah, tetapi segeralah menghindar dari pergaulan seperti itu. Karena sebetulnya, teman kalian itu juga sedang tersiksa hatinya, dan sebetulnya ingin melepaskan diri dari sikap yang melemahkan kehidupannya sendiri. Akan datang kepadanya penjelas dan pembawa berita gembira, yang mudah-mudahan didengarnya.

Berlakulah penuh kasih dan hormat kepada saudara-saudara kita yang sedang tidak sadar digunakan untuk merusak kehidupan mereka sendiri dan kehidupan sebanyak mungkin orang lain.

Mereka bisa saja mengambil peran sebagai pemalas yang berpengaruh; orang-orang yang melakukan hal-hal yang merusak kesehatan dan nama baik, tapi kelihatan keren dan gaul; dan orang-orang yang tidak jujur tetapi yang pangkat dan kedudukannya tinggi.

Ingatlah, bahwa

Sebagian dari kita adalah cobaan bagi yang lain.

Sahabat-sahabat saya yang super,

Adik-adik dan anak-anak saya yang cemerlang masa depannya,

Begitu dulu ya?

Pak Mario ini selalu tidak bisa berhenti, kalau sudah mulai berbicara mengenai hal-hal yang pelik tetapi yang penting bagi kehidupan. Mohon maaf ya? tulisan Pak Mario kali ini agak panjang, meskipun sebetulnya masih banyak sekali yang rencananya saya tuliskan untuk menjawab kegundahan hati ribuan kekasih Tuhan, yang saya baca dalam Comments di FBMT.

Sahabat saya yang terkasih, kita teruskan nanti ya?

Jika ada hal lain yang Anda inginkan untuk saya ulas dalam Super Note berikutnya, mohon Anda berkenan untuk menyampaikannya sebagai Comments di bawah Super Note ini, di ruang keluarga MTSC kita yang ramah dan santun ini.

Sampai kita bertemu suatu ketika nanti ya?

Mohon disampaikan salam sayang untuk keluarga Anda tercinta, dari Ibu Linna dan saya.

Loving you all as always,

Maha Besar dan Maha Indah Tuhan dalam segala ciptaan-Nya.


Mario Teguh Super Note
Founder | MTSuperClub | 081-211-56900 | For The Happiness Of Others | Jakarta