Jumat, 28 Mei 2010

Kewajiban Membentuk Rumah Tangga Islam

Islam agama yang diturunkan Allah swt. kepada manusia untuk menata seluruh dimensi kehidupan mereka. Setiap ajaran yang digariskan agama ini tidak ada yang berseberangan dengan fitrah manusia. Unsur hati, akal, dan jasad yang terdapat dalam diri manusia senantiasa mendapatkan “khithab ilahi” (arahan Allah) secara proporsional.
Oleh karenanya, Islam melarang umatnya hidup membujang laiknya para pendeta. Hidup hanya untuk memuaskan dimensi jiwa saja dan meninggalkan proyek berkeluarga dengan anggapan bahwa berkeluarga akan menjadi penghalang dalam mencapai kepuasan batin. Hal ini merupakan bentuk penyimpangan fitrah manusia yang berkaitan dengan unsur biologis.
Berkeluarga dalam Islam merupakan sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk (kecuali malaikat), baik manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Bahkan ditekankan dalam ajaran Islam bahwa nikah adalah sunnah Rasulullah saw. yang harus diikuti oleh umat ini. Nikah dalam Islam menjadi sarana penyaluran insting dan libido yang dibenarkan dalam bingkai ilahi. Agar kita termasuk dalam barisan umat ini dan menjadi manusia yang memenuhi hak kemanusiaan, maka tidak ada kata lain kecuali harus mengikuti Sunnah Rasul, yaitu nikah secara syar’i. Meskipun ada sebagian Ulama yang sampai wafatnya tidak sempat berkeluarga. Dan ini bukan merupakan dalih untuk melegalkan membujang seumur hidup. Adapun hukumnya sendiri –menurut ulama– bertingkat sesuai faktor yang menyertainya. Coba perhatikan beberapa nash di bawah ini:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.” (An-Nisa: 1)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar-Rum: 21)

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِى مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنَا حُمَيْدُ بْنُ أَبِى حُمَيْدٍ الطَّوِيلُ أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ – رضى الله عنه – يَقُولُ جَاءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا فَقَالُوا وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ . قَالَ أَحَدُهُمْ أَمَّا أَنَا فَإِنِّى أُصَلِّى اللَّيْلَ أَبَدًا . وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلاَ أُفْطِرُ . وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أَتَزَوَّجُ أَبَدًا . فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا أَمَا وَاللَّهِ إِنِّى لأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ ، لَكِنِّى أَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّى وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى » . تحفة 745 – 2/7 ، رواه البخاري

Sa’idbin Abu Maryam menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja’far mengabarkan kepada kami, Humaid bin Abu Humaid At-Thawil bahwasanya ia mendengar Anas bin Malik r.a. berkata: “Ada tiga orang yang mendatangi rumah-rumah istri Nabi saw. menanyakan ibadah Nabi saw. Maka tatkala diberitahu, mereka merasa seakan-akan tidak berarti (sangat sedikit). Mereka berkata: “Di mana posisi kami dari Nabi saw., padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang akan datang.” Salah satu mereka berkata: “Saya akan qiyamul lail selama-lamanya.” Yang lain berkata: “Akan akan puasa selamanya.” Dan yang lain berkata: “Aku akan menghindari wanita, aku tidak akan pernah menikah.” Lalu datanglah Rasulullah saw. seraya bersabda: “Kalian yang bicara ini dan itu, demi Allah, sungguh aku yang paling takut dan yang paling takwa kepada Allah. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku sholat, aku tidur, dan aku juga menikah. Barang siapa yang benci terhadap sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.” (Al-Bukhari)

Ada beberapa faktor yang mendasari urgensinya pembentukan keluarga dalam Islam sebagaimana berikut:

1. Perintah Allah swt.

Membentuk dan membangun mahligai keluarga merupakan perintah yang telah ditetapkan oleh Allah swt. dalam beberapa firman-Nya. Agar teralisasi kesinambungan hidup dalam kehidupan dan agar manusia berjalan selaras dengan fitrahnya. Kata “keluarga” banyak kita temukan dalam Al-Quran seperti yang terdapat dalam beberapa ayat berikut ini;

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Asy-Syu’ara’: 214)

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Thaha: 132)

2. Membangun Mas’uliah Dalam Diri Seorang Muslim.

Sebelum seorang berkeluarga, seluruh aktivitasnya hidupnya hanya fokus kepada perbaikan dirinya. Mas’uliah (tanggung jawab) terbesar terpusat pada ucapan, perbuatan, dan tindakan yang terkait dengan dirinya sendiri. Dan setelah membangun mahligai keluarga, ia tidak hanya bertanggungjawab terhadap dirinya saja. Akan tetapi ia juga harus bertanggungjawab terhadap keluarganya. Bagaimana mendidik dan memperbaiki istrinya agar menjadi wanita yang shalehah. Wanita yang memahami dan melaksanakan hak serta kewajiban rumah tangganya. Bagaimana mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi rabbani nan qurani. Coba kita perhatikan beberapa hadits berikut ini:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

عَنْ قَتادَةَ عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللهَ تَعَالَى سَائِلٌ كُلَّ رَاعٍ عَمَّا اسْتَرْعَاهُ حَفِظَ ذَلِكَ أَمْ ضَيَّعَهُ حَتىَّ يُسْأَلَ الرَّجُلُ عَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ غَرِيْبٌ مِنْ حَدِيْثِ قَتادةَ لَمْ يَرْوِهِ إِلَّا مُعاذُ عَنْ أَبِيْهِ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala akan meminta pertanggungjawaban kepada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaga kepemimpinannya atau melalaikannya, sehingga seorang laki-laki ditanya tentang anggota keluarganya.” (Hadits gharib dalam Hilayatul Auliya, 9/235, diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam Isyratun Nisaa’, hadits no 292 dan Ibnu Hibban dari Anas dalam Shahihul Jami’, no.1775; As-Silsilah Ash-Shahihah no.1636).

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- :« خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى ».

Dari Aisyah r.a., berkata: “Nabi saw. bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik pada kelurganya dan aku paling baik bagi keluargaku.” (Imam Al-Baihaqi)

وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – : (( أكْمَلُ المُؤمِنِينَ إيمَاناً أحْسَنُهُمْ خُلُقاً ، وخِيَارُكُمْ خياركم لِنِسَائِهِمْ )) رواه الترمذي ،

Dari Abu Hurairah r.a., berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (Imam At-Tirmidzi, dan ia berkata: “Hadits hasan shahih.”

3. Langkah Penting Membangun Masyarakat Muslim

Keluarga muslim merupakan bata atau institusi terkecil dari masyarakat muslim. Seorang muslim yang membangun dan membentuk keluarga, berarti ia telah mengawali langkah penting untuk berpartisipasi membangun masyarakat muslim. Berkeluarga merupakan usaha untuk menjaga kesinambungan kehidupan masyarakat dan sekaligus memperbanyak anggota baru masyarakat.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

عَن أنسٍ رضي الله عنه قَالَ : { كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا بِالْبَاءَةِ ، وَيَنْهَى عَنْ التَّبَتُّلِ نَهْيًا شَدِيدًا ، وَيَقُولُ : تَزَوَّجُوا الْوَلُودَ الْوَدُودَ .فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ الْأَنْبِيَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ } رَوَاهُ أَحْمَدُ ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ .وَلَهُ شَاهِدٌ عِنْدَ أَبِي دَاوُد ، وَالنَّسَائِيُّ ، وَابْنِ حِبَّانَ مِنْ حَدِيثِ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ

Dari Anas r.a. berkata: “Rasulullah saw. memerintahkan kami dengan “ba-ah” (mencari persiapan nikah) dan melarang membunjang dengan larangan yang sesungguhnya seraya bersabda: “Nikaihi wanita yang banyak anak dan yang banyak kasih sayang. Karena aku akan berlomba dengan jumlah kamu terhadap para nabi pada hari kiamat.” (Imam Ahmad, dishahihkan Ibnu Hibban. Memiliki “syahid” pada riwayat Abu Dawud, An-Nasaai dan Ibnu Hibban dari hadits Ma’qil bin Yasaar)

4. Mewujudkan Keseimbangan Hidup

Orang yang membujang masih belum menyempurnakan sisi lain keimanannya. Ia hanya memiliki setengah keimanan. Bila ia terus membujang, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidupnya, kegersangan jiwa, dan keliaran hati. Untuk menciptakan keseimbangan dalam hidupnya, Islam memberikan terapi dengan melaksanakan salah satu sunnah Rasul, yaitu membangun keluarga yang sesuai dengan rambu-rambu ilahi. Rasulullah saw. bersabda:

عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الدِّيْنِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِى النِّصْفِ الْبَاقِى. رَوَاهُ الْبَيْهَقِي

Dari Anas bin Malik r.a. berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seseorang menikah maka ia telah menyempurnakan setengah agama. Hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam setengahnya.” (Imam Al-Baihaqi)

Menikah juga bisa menjaga keseimbangan emosi, ketenangan pikiran, dan kenyamanan hati. Rasulullah saw. bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ ».رواه مسلم

Dari Abdullah berkata: Rasulullah saw. bersabda kepada kami: “Wahai para pemuda, barangsiapa dari kalian yang memiliki kemampuan, maka hendaklah ia menikah. Karena sesungguhnya menikah itu akan menundukkan pandangan dan memelihara farji (kemaluan). Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa. Karena puasa itu merupakan benteng baginya. (Imam Muslim)

Semoga kita dimudahkan Allah untuk melaksanakan sunnah ini. Amin
 
Tim Dakwatuna.


 

Awal Goyangnya Bangunan Islam, Prediksi Akhir Jaman


Mengapa dunia begitu kaco ? liatin berbagai berita di media. Hampir semua mengabarkan kekacauan, perselisihan dan kezaliman. Sedemikian merebaknya kekacauan sampai-sampai di kalangan insan media di dunia barat berkembang suatu motto yaitu Bad News Is Good News (berita buruk adalah berita baik). Artinya berita yang mengandung kekacauan diyakini bakal mendatangkan profit bisnis. Bila suatu berita mengandung kebaikan, maka ia dianggap ”tidak menjual” Astaghfirullah..!!

Namun pertanyaan di atas belonan kejawab... Mengapa hal ini terjadi di masa kita sekarang? Saudaraku, tidak perlu kita susah-susah nyariin jawabnya. Silahkan simak pesan Nabi Muhammad saw berikut:

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ

تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ

(AHMAD - 21139) : Dari Abu Umamah Al Bahili dari Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam
bersabda: “Sungguh ikatan Islam akan terurai simpul demi simpul. Setiap satu simpul terurai maka manusia akan bergantunganpada simpul berikutnya. Yang pertama kali terurai adalah masalah hukum dan yang paling akhir adalah sholat."

Peradaban modern yang disetir oleh Dunia Barat telah menyebabkan seluruh masyarakat dunia terjebak ke dalam suatu kehidupan yang gak ngakuin eksistensi Allah dan meyakini bahwa hidup ini hanyalah di dunia belaka. Sebagaimana Allah gambarkan mengenai kaum sekularis (orang-orang yang dunia-minded) di dalam Al-Qur’an:

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا

إِلا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ

”Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS Al-Jatsiyah ayat 24)

Dari sejarah, kita dapati bahwa sebenarnya selama hampir empat-belas abad dunia berada dalam kebaikan karena dipimpin oleh orang-orang beriman yang senantiasa mengembalikan segenap urusan –baik pribadi maupun publik– kepada hukum Allah dan RasulNya. Para pemimpin tersebut berusaha keras untuk memimbing masyarakat menuju keridhaan Allah dan mengikuti sunnah NabiNya. Memang harus diakui bahwa selama masa itu terkadang ada saja khalifah-khalifah pemimpin ummat yang memiliki karakter bermasalah (baca:fajir), tapi secara formal otoritas kemasyarkatan pada masa itu masih menjunjung tinggi sumber utama rujukan ummat Islam, yaitu Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Sehingga secara garis besar ummat masih merasakan rahmat dan nikmatnya hidup di bawah naungan hukum Allah. Sehingga selama rentang waktu yang begitu panjang ummat masih menyerahkan ketaatan dan loyalitasnya kepada Ulil Amriminkum (pemegang urusan dari kalangan orang-orang beriman) sebagaimana diperintahkan Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ

وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ

وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ

ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا

”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa ayat 59)

Namun semenjak dunia menyaksikan berdirinya berbagai negara berdasarkan konsep kebangsaan dan bukan lagi berlandaskan aqidah tauhid dan ibadah kepada Allah semata, maka mulailah dalam bidang hukum masing-masing nation-states tersebut meninggalkan hukum Allah dan RasulNya lalu berkreatifitas menyusun sendiri hukumnya masing-masing. Ada yang kurang kreatif sehingga begitu saja mengadopsi sistem hukum mantan penjajahnya, seperti Indonesia mengambil perangkat hukum Belanda sebagai hukum nasionalnya. Namun ada juga yang sedikit lebih kreatif dengan mengkombinasikan hukum mantan penjajahnya dengan hukum adat-setempat plus campuran hukum dari Al-Qur’an. Tetapi tidak ada yang secara murni dan konsekuen menjadikan hanya Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyyah sebagai rujukan tunggal hukum nasionalnya, apalagi dalam tataran aplikasinya.

Inilah salah satu tanda akhir zaman yang di-nubuwwah-kan (diprediksi) oleh Rasulullah saw di dalam hadits riwayat Imam Ahmad di atas. “Sungguh ikatan Islam akan terurai simpul demi simpul. Setiap satu simpul terurai maka manusia akan bergantungan pada simpul berikutnya. Yang pertama kali terurai adalah masalah hukum dan yang paling akhir adalah sholat."

Jelas sekali Nabi saw ngewanti-wanti bahwa dekadensi penerapan ajaran Islam diawali dengan lepasnya simpul dalam soal hukum. Dewasa ini kita menyaksikan bahwa tidak ada lagi tatanan masyarakat yang masih menerapkan hukum Islam secara murni dan konsekuen. Semua berlomba meninggalkan hukum Allah dan membanggakan hukum produk kelompok manusia masing-masing bangsa. Tanpa kecuali hal ini juga terjadi di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Jika masyarakat diajak untuk kembali kepada penerapan syariat Islam atau kembali kepada hukum Allah dan RasulNya, maka kebanyakan orang menolaknya. Padahal sikap penolakan seperti yang mereka tunjukkan hanya pantas dilakukan oleh kaum munafik sebagaimana Allah jelaskan berikut:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ

رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا

“Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS An-Nisa ayat 61)

Hukum Allah wajib ditegakkan karena hanya dengan menerapkan hukum Al-Qur’an sajalah kebenaran dan keadilan dapat diwujudkan. Banyak orang mengaku membela kebenaran dan keadilan, namun jika ditanya apa yang dia maksud dengan kebenaran dan keadilan, maka ia pasti akan menjawab selain Al-Qur-an. Padahal kebenaran dan keadilan hanya dapat wujud jika kita menegakkan hukum berlandaskan Kitab Allah, yakni Al-Qur’an.

وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا

لا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

”Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-An’aam ayat 115)



Wajarlah bila hukum Al-Qur’an merupakan hukum satu-satunya yang benar dan adil, sebab seluruhnya bersumber dari Allah Yang Maha Benar lagi Maha Adil. Sedangkan hukum manusia merupakan hukum yang pati mengandung cacat dan ketidak-sempurnaan, sebab Allah sendiri menggambarkan manusia sebagai makhluk yang amat zalim lagi amat bodoh. Bagaimana mungkin manusia dengan karakter seperti itu akan sanggup memproduk hukum yang benar apalagi adil? Tidak mengherankan kalau di zaman ini kita temukan bahwa berbagai kezaliman dan perilaku bodoh merebak di tengah kehidupan masyarakat modern.

إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ

فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ

إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS Al-Ahzab ayat 72)

Saudaraku, dari terurainya simpul Islam yang paling pertama ini, maka kitapun menyaksikan terurainya berbagai simpul Islam lainnya. Sehingga dewasa ini tidak lagi mengagetkan bila kita mendapati seorang yang mengaku muslim dengan ringannya meninggalkan kewajiban paling asasi, yaitu sholat. Dan jika ini benar, berarti dewasa ini kita sedang menyaksikan realisasi hadits Nabi saw di atas di mana dari ikatan Islam paling awal –yaitu masalah hukum– hingga ikatan Islam paling akhir –yaitu sholat– semua telah terurai.

Saudaraku, marilah kita menjadikan ini sebagai ibrah agar kita memainkan peranan seoptimal mungkin untuk merajut kembali ikatan Islam simpul demi simpul. Dimulai dengan kita menghidupkan sholat wajib berjamaah dan di masjid hingga mengadvokasi wajibnya ummat kembali hanya tunduk kepada hukum Allah dan RasulNya dan meninggalkan hukum zalim lagi tidak cerdas bikinan manusia yang hanya menimbulkan kekacauan, melestarikan kemungkaran dan berfihak kepada kezaliman. Insya Allah.

BANGUNKAN AKU TEMAN


Dini hari pukul 02. 10 aku terbangun oleh sebuah nada yang amat kukenal dari ponselku. Tanpa berfikir panjang, segera kuhampiri benda kecil kotak warna hitam itu; namun belum sempat kutekan "ok" untuk menjawab panggilan tadi, bunyi nada dari ponselku sudah berhenti. Terlambat! Entah sudah berapa menit ponselku tadi berbunyi. Sebuah nama terlihat dalam daftar misscall: Bu Umi.

Rasa kantukku seketika lenyap, berganti rasa khawatir. Gerangan apa tengah malam buta, Bu Umi, teman baikku menghubungi? Kalau bukan karena hal mendesak tentu bisa dilakukan besok pagi ketika matahari telah tinggi... Dan tak perlu mengagetkan mimpi indahku.

Jangan-jangan, Hana atau Husna sakit, atau... Hampir saja aku menekan tuts ponsel, memanggil balik nomor Bu Umi untuk memastikan apa yang terjadi. Namun tiba-tiba akutersentak oleh sesuatu yang membuatku geli dan malu pada diri sendiri.

Astaghfirullah... Malam ini memang aku dan Bu Umi sudah janjian, siapa yang bangun duluan, akan membangunkan yang lain untuk qiyamullail... Ternyata dia yang duluan.

"Kita coba saja yuk saling membangunkan untuk tahajjud, supaya semangat kita seperti dulu lagi" demikian usulnya pada suatu perbincangan tempo hari, disusul dengan anggukan persetujuanku.

Saat itu memang kami sedang berdiskusi tentang kondisi para ibu yang terasa sangat menurun kualitas ibadah, ukhuwah maupun aktivitas da'wahnya karena disibukkan dengan rutinitas rumah tangga, yang terkadang dijadikan legalisasi alias kambing hitam.

Beberapa teman kami terlihat hambar dalam setiap pertemuan. Datang, duduk, mendengarkan materi, terus pulang. Kedekatan hati terasa begitu mahal. Keterbukaan dan keakraban pun kami rasakan kurang. Bahkan ada juga yang terkesan mencari-cari alasan untuk dapat sekadar hadir dalam majelis yang telah kami sepakati. Barangkali banyak faktor yang menyebabkan kelesuan ini.

"Setidaknya kita mencoba untuk menunjukkan kepedulian, melalui saling mengingatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah pada tiap-tiap tengah malam yang hening.." demikian kesepakatan yang kami putuskan.

Setelah menarik nafas panjang, segera aku bangkit, dan sebelum mengambil air wudhu, beberapa nama di ponselku sempat aku kirim misscall, dengan harapan mereka juga mengingat ikhtiar ini.

Dan memang terasa lain qiyamullail kali ini. Ada keharuan dalam dada, ketika terbayang wajah-wajah teman dan sahabat. Semoga mereka senantiasa mendapat rahmat, ampunandan hidayah-Nya; serta mendapat kekuatan luar biasa untuk berjuang menegakkan kebenaran. Amin.

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui, bahwa hati-hati ini telah terkumpul untuk mencintai-Mu, untuk taat kepada-Mu, bersatu untuk dakwah di jalan-Mu, berjanji untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukilah jalannya, penuhilah dengan nur cahaya-Mu yang tidak akan pernah pudar... "

Oleh Fivy Miftahiyah 

Faedah Surat Al Mulk, Hanya Allah Pemberi Rizki


Segala puji bagi Allah, Rabb yang menurunkan Al Qur’an yang penuh keberkahan. Shalawat dan salam kita panjatkan kepada sayyid ibni Adam (penghulu seluruh manusia) yaitu Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman. Begitu indah dan menyejukkan hati jika kita dapat terus merenungkan Kalamullah, Al Qur’an Al Karim. Saat ini kita akan melanjutkan tafsir Surat Al Mulk (serial ketujuh), ayat 20 dan 21. Kemudian kita juga akan ambil faedah-faedah berharga di dalamnya.

Orang Musyrik Sama Sekali Tidak Memiliki Penolong
Allah Ta’ala berfirman,
أَمْ مَنْ هَذَا الَّذِي هُوَ جُنْدٌ لَكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ إِنِ الْكَافِرُونَ إِلَّا فِي غُرُورٍ
Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu.” (QS. Al Mulk: 20)
Allah Ta’ala menceritakan mengenai orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah. Mereka mengharap pada selain Allah pertolongan dan rizki. Lalu Allah membantah keyakinan mereka tersebut, apa-apa yang mereka harap-harap tidak mungkin tercapai. Allah Ta’ala katakan (yang artinya), “Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah yang Maha Pemurah?” Maksudnya, orang-orang musyrik sama sekali tidak memiliki penolong dan pelindung selain Allah. Oleh karena itu selanjutnya Allah katakan (yang artinya), “Orang-orang kafir benar-benar telah tertipu.” Demikian penjelasan Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya.[1]
Meminta Tolong yang Termasuk Kesyirikan
Meminta tolong kepada selain Allah dibolehkan selama yang dimintai tolong itu masih hidup, ada di tempat dan mampu untuk memenuhi pertolongan. Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
Dan tolong menolonglah dalam kebaikan dan takwa.” (QS. Al Maidah: 2)
Juga diisyaratkan hal ini dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يُعِينُ الرَّجُلَ فِى دَابَّتِهِ يُحَامِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ
Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah.” (HR. Bukhari no. 2891 dan Muslim no. 1009)
Sedangkan meminta tolong yang bernilai syirik adalah apabila yang dimintai tolong itu sudah mati, tidak di tempat atau tidak mampu mengabulkan permintaan tolong. Hal ini diisyaratkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dikatakan pada sahabat mulia Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
Jika engkau ingin meminta, mintalah pada Allah dan jika engkau ingin meminta tolong, mintalah pada Allah. ” (HR. Tirmidzi no. 2516)
Dalam perkara yang hanya Allah saja yang bisa memberi pertolongan seperti meminta diturunkannya hujan, maka jika hal ini diminta pada selain Allah, itu termasuk kesyirikan.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Seandainya makhluk selain Allah itu bersatu untuk memberikan pertolongan pada seorang hamba terhadap musuh mana pun, maka itu tidaklah bermanfaat sama sekali walaupun sebesar semut kecil.”[2]
Yang dikatakan oleh Syaikh As Sa’di sejalan dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ
Ketahuilah sesungguhnya seandainya ummat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu”. (HR. Tirmidzi no. 2516, shahih)
Sudah Tahu Kebenaran Namun Berpaling
Dalam ayat selanjutnya, Allah Ta’ala berfirman,
أَمْ مَنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ بَلْ لَجُّوا فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ
Atau siapakah Dia yang memberi kamu rezki jika Allah menahan rezki-Nya? Sebenarnya mereka terus menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?” (QS. Al Mulk: 21)
Tidak ada seorang pun yang dapat memberi dan menahan, begitu pula tidak ada yang dapat mencipta, memberi rizki dan memberi pertolongan melainkan Allah Ta’ala, tidak ada yang bersekutu dengan-Nya dalam hal ini. Orang-orang musyrik sudah mengetahui hal ini, namun anehnya mereka masih tetap menyembah atau beribadah kepada selain Allah. Oleh karena itu, Allah Ta’ala katakan selanjutnya,
بَلْ لَجُّوا
Sebenarnya mereka terus menerus ...” yaitu mereka terus menerus dalam melampaui batas, kebohongan dan kesesatan.
فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ
Maksudnya, mereka terus menerus dalam penentangan dan kesombongan. Mereka pun berpaling dari kebenaran, mereka enggan untuk merespon (taat) dan mengikuti kebenaran tersebut. Demikian penjelasan dari Ibnu Katsir rahimahullah mengenai ayat di atas.[3]
Itulah keadaan orang-orang musyrik. Mereka sudah tahu kebenaran. Namun mereka begitu sombongnya berpaling darinya. Jika seorang muslim demikian, maka ia sama halnya dengan orang-orang musyrik.
Hanya Allah Yang Maha Memberi Rizki
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan mengenai Surat Al Mulk ayat 21 di atas. Beliau berkata,
“Semua rizki berada di tangan Allah. Jika Allah menahan rizki pada seseorang, lantas siapa lagi yang dapat memberi rizki padanya? Makhluk tentu saja tidak dapat memberi rizki untuk dirinya sendiri. Lantas bagaimanakah lagi ia memberi rizki untuk yang lainnya? Pemberi rizki, pemberi nikmat, satu-satunya hanyalah Allah. Oleh karena itu, hanya Allah-lah yang pantas diibadahi.”[4]
Maka sungguh aneh jika seseorang sudah meyakini hal ini, namun ia masih saja memohon hajat, larisnya dagangan pada selain Allah, semisal dengan mendatangi kubur wali untuk ngalap berkah dengan tanahnya, atau mungkin dengan menggantungkan berbagai macam jimat sebagai penglaris dagangan dan bisnisnya.
Orang Musyrik Juga Mengenal Allah Ayat-ayat yang kami sebutkan menunjukkan bahwa orang-orang musyrik itu mengenal Allah. Mereka mengakui sifat rububiyah Allah. Mereka meyakini bahwa Allah sebagai pemberi rizki, pencipta dan pengatur alam semesta.
Ibnu Abbas mengatakan, “Di antara keimanan orang-orang musyrik: Jika dikatakan kepada mereka, ‘Siapa yang menciptakan langit, bumi, dan gunung?’ Mereka akan menjawab, ‘Allah’. Sedangkan mereka dalam keadaan berbuat syirik kepada-Nya.”
‘Ikrimah mengatakan,”Jika kamu menanyakan kepada orang-orang musyrik: siapa yang menciptakan langit dan bumi? Mereka akan menjawab: Allah. Demikianlah keimanan mereka kepada Allah, namun mereka menyembah selain-Nya juga.”[5]
Jika demikian, maka iman sebenarnya kepada Allah bukan hanya mengakui Allah sebagai pencipta dan pemberi rizki saja sebagaimana ajaran ini diagung-agungkan oleh para filosof. Benarlah firman Allah,
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf: 106)
Namun iman yang benar juga harus dibuktikan dengan beribadah kepada Allah semata. Karena sesembahan yang diibadahi selain Allah adalah sesembahan yang batil, hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah Ta’ala berfirman,
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ
Yang demikian itu dikarenakan Allah adalah (sesembahan) yang Haq (benar), adapun segala sesuatu yang mereka sembah selain-Nya adalah (sesembahan) yang Bathil.” (QS. Luqman: 30)
Demikian faedah-faedah berharga dari dua ayat surat Al Mulk. Semoga bermanfaat. Semoga kita semakin gemar untuk merenungkan Kalamullah yang mulia sehingga membuat hati ini semakin sejuk dengannya.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Diselesaikan di Panggang-GK, 3 Jumadits Tsani 1431 H (16/05/2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal


Empat Golongan Yang Ditarik Oleh Perempuan Ke Neraka! Tidak Hanya di dunia Perempuan itu menarik.


Assalamualaikum wr wb.

Seseorang wanita itu apabila di hari akhirat akan menarik empat
golongan
lelaki
bersamanya ke dalam neraka.

Na'uzubillah.

Pertama:- Ayahnya

Apabila seseorang yang bergelar ayah tidak mempedulikan anak-anak
perempuannya
di dunia. Dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajar
solat,
mengaji dan sebagainya. Dia membiarkan anak-anak perempuannya tidak
menutup aurat tidak cukup kalau dengan hanya memberi kemewahan dunia sahaja
maka dia akan ditarik oleh anaknya.

Kedua:- Suaminya

Apabila seorang suami tidak memperdulikan tindak tanduk isterinya.
Bergaul
bebas di kantor dan di mana-mana, memperhiaskan diri bukan untuk suami tapi untuk
pandangan kaum lelaki yang bukan mahram, apabila suami mendiam diri walaupun dia
seorang alim (solat tidak tangguh, puasa tidak tinggal) maka dia akan ditarik oleh
isterinya.

Ketiga:- Abang-abangnya

Apabila ayahnya sudah tiada, tanggungjawab menjaga maruah wanita jatuh pula ke
abang-abangnya jikalau mereka hanya mementing keluarganya sahaja dan adik
perempuannya dibiar melenceng dari ajaran ISLAM tunggulah tarikan adiknya di
akhirat.

Keempat:- Anak Lelakinya

Apabila seorang anak tidak menasihati seorang ibu perihal kelakuan yang haram
dari Islam, maka anak itu akan disoal dan dipertangungjawabkan di akhirat kelak
nantikan tarikan ibunya.

Maka kita lihat betapa hebatnya tarikan wanita bukan sahaja di dunia malah di
akhirat pun tarikannya begitu hebat maka kaum lelaki yang bergelar
ayah/suami/abang atau anak harus memainkan peranan mereka yang sebenar.

Firman ALLAH S.W.T.:-

"HAI ANAK ADAM PERIHARALAH DIRI KAMU SERTA AHLI KELUARGAMU DARI API
NERAKA,
DIMANA BAHAN PEMBAKARNYA IALAH MANUSIA DAN BATU-BATU....."

Hai wanita, kasihankan ayah anda, suami anda, abang-abang anda serta anak-anak
lelaki anda, kesiankanlah mereka dan diri kamu sendiri.jalankan perintah ALLAH
S.W.T. dengan bersungguh-sungguh dan dengan ikhlas.

Akhir kata, marilah kita berdoa agar kita semua terselamat dari ditarik dan
tertarik oleh mana-mana pihak ?????

Harga seseorang muslim adalah sangat berharga. ALLAH S.W.T. nilaikan seseorang
muslim dengan SYURGA, semua kaum muslim masuk syurga dan janganlah kita
membuang atau tidak mengendah janji ALLAH S.W.T.

SEMOGA KITA SEMUA TERGOLONG DALAM AHLI SYURGA.

AMIN..... YA RABBALALAMIN.

Kebaikan dan Dosa

Dari Nawas bin Sam’an r.a. dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal yang mengusik jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya.” (Muslim)

Dan dari Wabishah bin Ma’bad ra berkata, ‘Aku datang kepada Rasulullah saw., maka beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk ertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi tentram. Dan dosa adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.” (Ahmad dan Darimi)

Sanad Hadits:

Hadits di atas memiliki sanad yang lengkap (sebagaimana yang terdapat dalam Shahih Muslim, Kitab Al-Bir Wa Al-Sillah Wa Al-Adab, Bab Tafsir Al-Bir Wa Al-Itsm, hadits no 2553).

Takhrij Hadits :

Hadits ini (sebagaimana teks hadits di atas, riwayat Imam Muslim) melalui jalur sahabat An-Nawas bin Sam’an, diriwayatkan oleh:

• Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Bir Wa Al-Sillah Wa Al-Adab, Bab Tafsir Al-Bir Wa Al-Itsm, hadits no 2553.
• Imam Turmudzi dalam Jami’nya, Kitab Al-Zuhud ‘An Rasulillah Sallallahu Alaihi Wasallam, Bab Ma Ja’a Fi Al-Bir Wa Al-Itsm, Hadits no 2389.
• Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, Musnad Al-Syamiyin, Hadits Annawas bin Sam’an Al-Kilabi Al-Anshari, hadits no 17179, 17180 & 17181.
• Imam Al-Darimi dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Fi Al-Bir Wa Al-Itsm, hadits no. 2789.

Sedangkan hadits yang kedua, diriwayatkan oleh:

• Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, Musnad Al-Syamiyin, Hadits Wabishah bin Ma’bad Al-Asady, hadits no. 17545.
• Imam Ad-Darimi dalam Sunannya, Kitab Buyu’, Bab Da’ Ma Yuribuka Ila Mala Yuribuka, Hadits no. 2533.

Tarjamatur Rawi

• An-Nawas bin Sam’an Al-Kilabi

Beliau merupakan salah seorang sahabat Rasulullah saw. yang dikenal sebagai Ahlus Suffah, yaitu sahabat yang tinggal di tepian masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah saw. Beliau tinggal di luar kota Madinah dan memilih untuk tidak berhijrah ke Madinah. Beliau lebih suka pulang pergi ke Madinah dalam rangka bertanya permasalahan agama kepada Rasulullah saw. Mengenai ketidakhijrahannya ini beliau mengemukakan, ‘Bahwa di antara kami jika telah berhijrah, maka ia tidak lagi bertanya kepada Rasulullah saw. tentang sesuatu pun. Maka aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang al-birr (kebaikan) dan al-itsm (dosa).

• Jubair bin Nufair

Beliau adalah Jubari bin Nufair bin Malik, Abu Abdurrahman Al-Hadhrami Al-Hamshi. Merupakan salah seorang Kibar Al-Tabiin. Tinggal di Syam dan wafat pula di Syam pada tahun 80 H. Mengambil hadits diantaranya dari Busr bin Jahasy, Tsauban dan Jurtsum. Sedangkan yang mengambil hadits dari beliau diantaranya adalah, Al-Harits bin Yazid, Khalid bin Ma’dan bin Abikarib, ‘Aidzullah bin Abdillah, Abdurrahman bin Jubair bin Nufair, Makhul, Yahya bin Jabir bin Hasan dsb. Adapun derajatnya dalam Jarh Wa Ta’dil adalah Tsiqah.

• Abdurrahman bin Jubair bin Nufair

Beliau adalah Abdurrahman bin Jubair bin Nufair Abu Humaid Al-Hadhrami Al-Hamshi. Merupakan salah seorang Wustha Minat Tabiin. Tinggal di Syam dan wafat pada tahun 118 H. Mengambil hadits diantaranya dari Anas bin Malik, Jubair bin Nufair bin Malik, Jundub bin Junadah, Mu’adz bin Jabal, Al-Harist bin Muawiyah dsb. Sedangkan yang mengambil hadits dari beliau diantaranya adalah Zuhair bin Salim, Syuraih, Atha’ bin Sa’ib bin Malik, Shafwan bin Amru bin Haram, Muhammad bin Al-Walid bin Amir, Isa bin Salim dsb. Sedangkan derajatnya dalam Jarah Wa Ta’dil, para ulama mengatakannya sebagai Tsiqah.

Gambaran Umum Tentang Hadits

Secara umum hadits menggambarkan mengenai kebaikan dan dosa. Yaitu bahwa yang dimaksud dengan ‘kebaikan’ adalah akhlak yang baik sedangkan yang dimaksud dengan dosa adalah sesuatu yang ‘diragukan’ oleh diri kita sendiri, serta kita tidak menginginkan jika orang lain melihat kita melakukan hal tersebut. Hadits ini sekaligus menghilangkan ‘kebingungan atau kesamaran’ antara ‘sesuatu’ yang baik dan sesuatu yang buruk, terutama jika kesamaran tersebut terdapat dalam diri pelaku sendiri.

Mengomentari hadits ini, Ibnu Hajar Al-Atsqalani mengemukakan bahwa hadits ini termasuk hadits yang singkat dan padat, bahkan merupakan hadits yang paling padat, karena kebaikan itu mencakup semua perbuatan yang baik dan sifat yang ma’ruf. Sedangkan dosa mencakup semua perbuatan yang buruk dan jelek; baik kecil maupun besar. Oleh sebab itu Rasulullah saw. memasangkan di antara keduanya sebagai dua hal yang berlawanan.

Makna Al-Birr

Secara bahasa, al-birr berarti kebaikan. Bahkan sebagian ulama mendefinisikan “al-birr” ini dengan sebuah nama/istilah yang mencakup segala macam bentuk kebaikan. Sehingga tidaklah ada satu bentuk kebaikan pun, melainkan dicakup oleh kata al-birr ini. Meskipun demikian, terdapat juga ulama yang secara khusus memberikan makna yang dimaksud dari kata al-birr ini, diantara maknanya adalah hubungan baik, ketaatan, dan kelembutan.

Dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat-ayat yang menggunakan kata atau akar kata al-birr ini. Sejauh pengamatan penulis, setidaknya terdapat delapan kata al-birr yang disebutkan dalam al-Qur’an, yang berbentuk mashdar. Sedangkan jika ditelusuri dari akar katanya, setidaknya akan kita temukan delapan belas kali kata ini disebutkan dalam Al-Qur’an. Dan dari delapan belas kata al-birr dalam Al-Qur’an ini, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kebaikan dalam arti umum

Seperti firman Allah swt. (Al-Maidah: 2), “… Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian bertolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan …”

Oleh karenanya, Allah swt. melarang kita untuk memerintahkan orang lain mengerjakan kebaikan, sementara kita sendiri tidak melaksanakannya: “Mengapa kalian memerintahkan orang lain untuk mengerjakan kebaikan, sedangkan kamu melupkan dirimu sendiri, padahal kalian membaca al-kitab (Taurat), maka tidakkah kamu berfikir?” (Al-Baqarah: 44)

2. Kebaikan dalam arti birrul walidain

Kebaikan seperti ini adalah sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam QS. Maryam: 14, “Dan berbakti kepada kedua orangtuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.”

3. Kebaikan dalam berinfak.

Sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an (Ali Imran: 92), “Kamu sekali-kali tidak akan sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

4. Kebaikan dalam bentuk sifat manusia yang baik.

Seperti yang Allah swt. firmankan (Ali Imran: 193), “Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbakti.”

5. Keluasan cakupan bentuk kebaikan

Yaitu sebagaimana yang Allah swt. jelaskan dalam Al-Qur’an (Al-Baqarah: 177)

Akhlak Yang Baik

Al-birr yang mengandung makna begitu luas sebagaimana dijelaskan di atas, diberi penekanan oleh Rasulullah saw., bahwa yang dimaksud dengan al-birr adalah husnul khuluq atau akhlak yang baik. Akhlak yang baik memiliki urgensitas yang sangat penting dalam pribadi seorang mu’min, diantaranya adalah :

• Akhlak yang baik merupakan refleksi dari keimanan seseorang kepada Allah swt. Oleh karenanya Rasulullah saw. mengatakan dalam salah satu haditsnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Ada dua hal yang keduanya tidak mungkin terkumpul dalam diri seorang mu’min, yaitu bakhil dan akhlak yang buruk.’ (Turmudzi)

• Akhlak yang baik merupakan bukti ketinggian keimanan seseorang. Semakin tinggi imannya maka akan semakin sempurna akhlaknya. Dalam hal ini, Rasulullah saw. mengemukakan: Dari Abu Hurairah ra berkata bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mu’min adalah yang terbaik akhlaknya.’ (Abu Daud)

• Akhlak yang baik memiliki timbangan yang begitu besar di akhirat kelak, serta dapat menjadikan pelakunya menjadi ahlul jannah. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasannya Rasulullah saw. ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga. Rasulullah saw. menjawab, ‘Ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak yang baik.’ Dan beliau ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, beliau menjawab, ‘Lisan dan kemaluan.’ (Turmudzi)

Seorang mu’min diminta untuk senantiasa berakhlak yang baik dalam bermuamalah terhadap siapapun dan di manapun, walaupun akhlak terhadap sesama manusia lebih ditekankan. Akhlak yang baik adalah mencakup segala macam bentuk kebaikan dalam bermuaamalah diantaranya adalah, jujur, amanah, menyambung persaudaraan, kasih sayang, lembut, tidak mudah marah, pemaaf, menjaga lisan, qanaah, tawadhu’, itsar, istiqomah, murah senyum, penolong, menepati janji, ridha, sabar, syukur, ‘iffah, adil, menyukai kebersihan dsb. Atau dengan kata lain, akhlak yang baik adalah segala perbuatan dan sifat yang positif, tidak mengandung unsur negatif serta tidak melanggar larangan-larangan Allah swt.

Istafti Qalbak (Mintalah Fatwa Pada Hatimu)

Ketika manusia sulit untuk membedakan antara kebaikan dengan keburukan, maka sesungguhnya ia dapat meminta pendapat dari hatinya sendiri mengenai hal tersebut; apakah perbuatan yang dilakukannya itu termasuk kebaikan (al-birr) ataukah bukan? Hadits di atas menggambarkan bahwa sesuatu yang ‘meragukan’ saja sudah masuk dalam kategori dosa (baca ; al-itsm), apalagi jika kita merasa tidak suka perbuatan tersebut diketahui orang lain, maka akan menjadi semakin jelas perbedaan antara kebaikan dan keburukan tersebut. Dan membedakan hal seperti ini, sesungguhnya merupakan fitrah manusia. Dan manusia diminta untuk meminta pendapat dari fitrahnya.

Secara fitrah, manusia akan merasa terusik jiwanya, kehilangan ketentramannya, tertekan, dan gelisah manakala melakukan perbuatan dosa, kendatipun manusia membenarkan perbuatannya tersebut. Karena perbuatan tersebut akan berlabuh di hatinya. Sedangkan hati merupakan sentral dari baik buruknya seorang manusia. Dalam sebuah hadtis, Rasulullah saw. bersabda :

Dari Khudzaifah ra berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Hati itu terpaparkan dengan fitnah-fitnah seperti tikar yang terurai sehalai demi sehelai. Hati manasaja yang termakan dengan fitnah-fitnah tersebut (melakukan kemaksiatan), maka akan ternoda hatinya dengan noda-noda hitam. Dan hati mana saja yang menolak fitnah-fitnah tersebut, maka akan terwarna dengan warna putih, hingga nanti hati tersebut akan menjadi satu diantara dua; (1) menjadi putih seperti shafa (sesuatu yang bersih dan jernih), maka hati seperti ini tidak akan terganggu dengan fitnah-fitnah lainnya selama masih ada langit dan bumi. Dan (2) menjadi hati yang hitam yang kelam seperti cangkir yang dibalikkan yang tidak dapat mengetahui suatu kebaikan dan tidak pula dapat mengingkari kemungkaran, kecuali dari apa yang dilakukan berdasarkan hawa nafsunya.’ (Muslim)

Namun yang perlu digaris bawahi dalam masalah ini adalah bahwa tiada keraguan bagi sesuatu yang telah jelas-jelas diharamkan oleh Allah, ataupun yang telah dihalalkan Allah swt. Adapun keraguan yang yang dimaksud dalam hadits ini adalah keraguan yang tiada batasan jelas antara hak dan batil, tidak ada larangan secara syar’i namun hati kita menjadi ragu serta gelisah karenanya.

Hikmah Tarbawiyah

1. Pentingnya ‘amaliyah qalbi’ dalam hati setiap mu’min, khususnya aktivis da’wah. Karena qalbu merupakan bashirah yang dapat menunjukkan seseorang jalan yang baik dari jalan yang buru. Qalbu merupakan alat pemilah dan pemisah antara kesamaran yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bahwa bagaimanapun juga manusia dalam kehidupannya akan menemukan satu keraguan dalam hidupnya; apakah dalam muamalah maliyah, ijtima’iyah, siyasiyah dan lain sebagainya. Oleh karenanya memungsikan qalbu secara fitrahnya dengan baik adalah satu solusi untuk dapat menemukan jalan kebenaran.

3. Bagaimanapun juga perbuatan dosa akan memberikan dampak negatif dalam kejiwaan seseorang. Kegundahan, gelisah, tidak tenang dan hal-hal negatif lainnya yang bersifat psikis. Karena perbuatan maksiat akan melahirkan noda-noda hitam dalam hati. Dan hati merupakan bahan bakar utama seseorang dalam mengarungi samudera kehidupan.

4. Ketika menemukan suatu perkara yang meragukan, membingungkan terlebih-lebih jika kita tidak menginginkan orang lain melihat kita dalam hal tersebut, maka segeralah ditinggalkan. Karena perkara tersebut sudah pasti termasuk perbuatan dosa, meskipun orang memfatwakannya halal.

5. Diantara cara yang cukup efektif dalam menekuni jalan yang baik adalah dengan cara berakhlak yang baik. Karena Allah akan memberikan jalan bagi akhlak yang baik, yang tidak akan Allah berikan pada yang lainnya.

Wallahu A’lam Bis Shawab
Oleh: Rizka Maulan M. Ag
dakwatuna

Kisah Lelaki Ahli Sedekah


Laki-laki itu. Tak satu pun pedagang dan peminta sumbangan yang melewatkan mejanya. Karena jika mereka menghampirinya, pasti akan ada sesuatu yang mereka terima. Tak pernah mereka pergi dengan tangan kosong. Seorang gadis kecil berjilbab, kulihat sering berkunjung dan keluar dari ruangannya menggenggam amplop.

Laki-laki itu. Adalah biasa baginya makan rujak dari bungkus yang sama dengan anak buahnya. Tak pernah menjadi masalah baginya bertanya,”Ada yang bawa kue/oleh-oleh, ya?“ dan kemudian mencomotnya. Sebagaimana tak masalah pula ketika para staf meminta dibelikan rujak atau makanan. Lembaran rupiah pun dengan ringan melayang.

Laki-laki itu. Ruang kerjanya terbuka untuk siapa saja. Tak ada istilah ruangannya adalah tempat istimewa yang tak boleh dijamah siapa pun. Tak ada kesan kebirokratisan sehingga anak buah dan rekan kerja menjadi sungkan. Hingga semua fasilitas di sana dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh anak buah: komputer, telepon, internet, bahkan bangku tamu pun dapat dijadikan tempat rapat, atau sekedar istirahat.

Laki-laki itu. Berbincang dan bercanda adalah salah satu kebiasaannya. Bahkan saling ledek dengan staf pun sesuatu yang biasa. Baginya tak ada bos dan bawahan. Karena semua adalah tim kerja, jabatan hanyalah sarana untuk mencapai tujuan lembaga. Maka dirinya menjadi dekat dengan siapa saja -dari pejabat hingga office boy- tanpa harus kehilangan wibawa.

Laki-laki itu. Adalah kebetulan aku sedikit mengenal keluarganya. Dan karenanya aku tahu bagaimana rumahnya menjadi tempat berlabuh bagi banyak orang. Dan karenanya aku tahu, bahwa ia adalah seorang yang ringan tangan, ringan hati dan dermawan terhadap sesama. Pertama kali aku mengunjungi tempat tinggalnya, aku sempat terpana: rumah itu terlalu sederhana untuk seorang ia. Namun toh, rumah itu telah pernah menjadi tempat singgah begitu banyak jiwa.



Laki-laki itu. Berbincang dari hati ke hati dengannya bukan sekali dua saja kulakukan. Sejak pertama kali aku mengenalnya sekitar 6 tahun yang lalu, saat ia menjadi pejabat level paling bawah di kantorku, ia sudah menjadi seseorang yang cukup dekat denganku, termasuk dengan staf-staf lain tentunya. Kedekatan dan keakraban itu bahkan hingga taraf konsultasi kehidupan pribadi. Bahkan pernah ada saat-saat ia membuatku menangis dengan menanyakan hal-hal yang terkait dengan kehidupan pribadi. Dan sejak itu, ia terus menjadi salah satu bagian hidupku di dunia kantor.

Laki-laki itu. Postur tubuhnya ideal. Gerak geriknya gesit. Usianya belum lagi 40 tahun meski rambutnya nyaris telah memutih semua, (mungkin) karena banyak berpikir keras. Dalam enam tahun itu, karirnya terus menanjak, sedang banyak orang lainnya masih tetap sama seperti sebelumnya, termasuk diriku. Dalam enam tahun itu, ia terus berkembang, dipercaya oleh banyak pihak dan kemudian menjadi seseorang yang terpercaya.

“Nduk! Piye kabarmu sak wise kawin?” Laki-laki itu dengan to the point menyampaikan pertanyaan itu begitu aku duduk di depan mejanya. Beberapa saat sebelumnya, ia melambaikan tangan memanggilku ketika aku lewat, meski aku bukan lagi anak buahnya. Panjang lebar, aku becerita tentang kondisi terakhirku setelah sebulan menikah. Dan dari lisannya kemudian mengalir nasehat-nasehat panjang tentang pernak-pernik pernikahan yang kudengar baik-baik meski sekali-kali kami timpali dengan canda. Itulah saat terakhir aku berbincang cukup banyak dengannya.





Pengaturan Privasi di Facebook Disederhanakan

"Pengaturan saat ini terlalu kompleks dan menyebabkan banyak orang kesulitan mengaturnya secara efektif," kata Mark Zuckerberg, CEO dan pendiri Facebook, dalam konferensi pers di kantor pusatnya di Palo Alto, California, AS, Rabu (26/5/2010). "Kami ingin membuatnya jauh lebih mudah untuk mengatur privasi hanya dengan beberapa klik," paparnya seperti dilansir Boston.com.
Zuckerberg mengatakan bahwa Facebook akan menyediakan kontrol privasi lebih sederhana buat penggunanya untuk menentukan apakah informasi yang akan ditampilkannya hanya bisa diakses oleh teman, temannya teman, atau semua orang di internet. Fitur pengaturan tersebut akan diaplikasi ke semua konten dan informasi yang dipublikasikan setiap pengguna Facebook dan berlaku surut ke konten-konten yang sudah tampil sebelumnya.
Selain itu, Facebook akan mengubah direktori penggunanya agar hanya menampilkan informasi minimal saat muncul di hasil pencarian, misalnya nama, foto profil, dan jenis kelaminnya saja. Facebook baru akan membuka informasi lebih banyak jika pengguna menginginkannya.
Facebook juga akan menyediakan cara cepat bagi pengguna untuk menutup akses ke fitur "instant personalization" yang memungkinkan pihak ketiga mengakses informasi pribadi. Informasi yang muncul juga akan diminimalkan dan pihak ketiga harus meminta izin pengguna Facebook jika menginginkan informasi pribadi lebih banyak.
Meski demikian, Facebook menolak untuk menggunakan pola pengaturan privasi secara opt-in (yang disarankan sejumlah pihah yang mengkritiknya). Zuckerberg menyatakan bahwa visi Facebook adalah menghubungkan orang sebanyak mungkin dan berbagi informasi satu sama lain. Dalam kesempatan sebelumnya, Zuckerberg berkali-kali menekankan bahwa kebutuhan privasi telah mengalami perubahan di era yang terbuka saat ini dan pengguna internet tidak lagi butuh sesuatu yang serba rahasia.
Menjawab kritikan banyak pihak soal lemahnya perlindungan privasi terhadap para penggunananya, Facebook akhirnya memperbaiki fiturnya. Dalam beberapa hari ke depan, pengguna situs jejaring sosial di internet itu bisa mengatur data pribadi mereka lebih praktis dengan fitur yang lebih sederhana.

Awas, Serangan Ini Bisa 'Delete' Teman Facebook Anda

Sebuah kelemahan di Facebook berpotensi dimanfaatkan orang yang tak bertanggung jawab untuk mengacak-acak akun pengguna layanan jejaring sosial tersebut. Pasalnya, melalui celah tersebut, peretas (hacker) bisa menghapus (delete) daftar teman tanpa seizin pemilik akun.
Kelemahan tersebut ditemukan Steven Abbagnaro, mahasiswa di Marist College, Poughkeepsie, New York. Ia mengatakan bahwa orang yang tak bertanggung jawab mungkin saja mengombinasikan serangan ke celah tersebut dengan spam atau worm untuk menyebar ke sebanyak mungkin pengguna secara efektif.
Abbagnaro menjelaskan, kode program bisa dibuat untuk menghapus data-data yang dipublikasikan oleh pengguan Facebook. Kemudian, kode itu satu demi satu menghapus teman-teman si pemilik akun. Namun, untuk bisa bekerja, pelaku harus menjebak korban agar menjalankan kode tersebut dengan menge-klik tautan ke kode jahat tersebut.
Ia tak mau mengungkap kelemahan atau kode yang bisa menyerang tersebut sampai Facebook melakukan perbaikan. Namun, ia yakin bahwa peretas yang andal pasti punya cara untuk mendeteksi kelemahan itu, tinggal berniat jahat atau tidak.
Sebelumnya, MJ Keith, analisis keamanan senior dari Alert Logic, juga melaporkan kelemahan sejenis. Ia melaporkan kelemahan yang disebut "cross-site requet forgery bug". Melalui celah tersebut, pelaku yang iseng bisa memilih tombol "like" tanpa sepengetahuan pengguna.
Jadi, buat pengguna Facebook, jangan asal ngeklik. Pastikan apa pun yang Anda klik bisa dipercaya.

Kesehatan - 3 Kiat Jitu Berhenti Merokok

Kalau tekad Anda sudah kuat, bukan tak mungkin aktivitas merokok berhenti sama sekali. (Foto: gettyimages)
BERHENTI merokok bagi sebagian orang sangat sulit dilakukan, terutama bagi para perokok berat. Kalau tekad Anda sudah kuat, bukan tak mungkin aktivitas merokok berhenti sama sekali.

Spesialis Paru dari RSUP Persahabatan, Jakarta, dr Sita Andarini membeberkan beberapa tip yang bisa Anda coba. Pada dasarnya, untuk bisa berhenti merokok ada dua metode yang bisa dilakukan, yakni metoda tanpa obat dan dengan obat.

“Untuk metode tanpa obat bisa dilakukan dengan cara konseling berhenti merokok dan konseling sosial. Kalau dengan obat bisa dilakukan dengan cara nicotine replacement, dan sebagainya," ujar dr Sita dalam seminar memeringati hari kanker sedunia bertema “Kanker Dapat Dicegah” yang diadakan oleh Kemenkes RI di Hotel Sahid, Jakarta, Senin (26/4/2010).

Lebih lanjut, dr Sita menyebutkan tiga cara berhenti merokok. Pertama, perokok dapat berhenti seketika. "Hari ini Anda merokok, besok Anda berhenti sama sekali. Untuk kebanyakan orang, cara ini yang paling berhasil. Untuk perokok berat, mungkin dibutuhkan bantuan medis untuk mengatasi efek ketagihan," paparnya.

Kedua, penundaan. Misalnya, menunda saat menghisap rokok pertama, dua jam setiap hari dari hari sebelumnya sementara jumlah rokok yang dihisap tidak dihitung.

"Misalnya kebiasaan menghisap rokok pertama rata-rata pukul 07.00 WIB, berhenti merokok direncanakan dalam waktu tujuh hari. Maka, rokok pertama ditunda merokoknya; hari pertama pukul 09.00 WIB, hari kedua pukul 11.00 WIB, hari ketiga pukul 13.00 WIB, hari keempat pukul 15.00 WIB, hari kelima pukul 17.00 WIB, hari keenam pukul 19.00 WIB, dan hari ketujuh pukul 21.00 WIB," jelasnya.

Ketiga, dengan mengurangi jumlah rokok per hari yaitu jumlah rokok yang dihisap per hari dikurangi secara berangsur-angsur dengan jumlah yang sama sampai nol batang pada hari yang ditetapkan.

"Misalnya, jika Anda menghisap rokok 28 batang per hari. Berhenti merokok dapat direncanakan dalam waktu tujuh hari. Hari pertama 24 batang, hari kedua 20 batang, hari ketiga 16 batang, hari keempat 12 batang, hari kelima 8 batang, hari keenam 4 batang, dan hari ketujuh 0 batang," tutupnya.

Selamat mencoba!
lifestyle.okezone.com